Jumat, 07 Desember 2012

TUGAS BTA : MERAIH HIDAYAH


PENGERTIAN HIDAYAH

Kata Hidayah adalah bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah menjadi bahasa Indonesia.          Akar katanya ialah : هدى يهدي هديا هدى هدية -  هداية
(hadaa, yahdii, hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan). Kata hidayah merupakan bentuk masdar (infinitif) dari kata kerja hada (telah menunjuki atau membimbing) dan yahdi (akan atau sedang menunjuki atau membimbing) . Al-huda yang amat banyak kita jumpai dalam al-Quranul karim. Pengertian hidayah yang terkandung dalam kata hada, yahdi dan al-huda itu pada umumnya mengacu kepada bimbingan atau petunjuk bagi manusia kepada jalan yang lurus (as-sirath-al-mustaqim), yang baik (at-thayyib) yang benar (al-haq), atau jalan yang terpuji (as-sirat al-hamid). Khusus yang terakhir, kata (هداية) kalau wakaf (berhenti) di baca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah : ضلالة  (Dholalah) yang berarti “kesesatan”. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan.

FADILAH DAN KEUTAMAAN MERAIH HIDAYAH DAN MEMELIHARANYA
(1.) Siapa yang memilikinya dianggap kaya dan mulia.
(2.) Siapa yang memiliki intan berlian rohani, ia merupakan orang kaya Tuhan. Ia telah mendapat segala galanya.
(3.) Siapa yang memilikinya, hidupnya terpimpin, akhlaknya mulia, syariatnya terjaga, imannya teguh dan bercahaya dan ia menjadi orang yang berbahagia.

Macam-Macam Hidayah
Para Ulama besar Islam telah menjelaskan dengan rinci dan mendalam perihal Hidayah/Hudan, khususnya yang diambil dari Al-Qur’an seperti yang ditulis oleh Al-Balkhi dalam bukunya “Al-Asybah wa An-Nazho-ir”, Yahya Ibnu Salam dalam bukunya “At-Tashoriif”, As-Suyuthi dalam bukunya “Al-Itqon” dan Ibnul Qoyyim Al-Jawzi dalam bukunya “Nuzhatu Al-A’yun An-Nawazhir”. Hidayah/Hudan Dalam Al-Qur’an tercantum sekitar 171 ayat dan terdapat pula dalam 52 Hadits. Sedangkan pengertian Hidayah / Hudan dalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat sekitar 27 makna. Di antaranya bermakna : penjelasan, agama Islam, Iman (keyakinan), seruan, pengetahuan, perintah, lurus/cerdas, rasul /kitab, Al-Qur’an, Taurat, taufiq/ketepatan, mengakkan argumentasi, Tauhid/ mengesakan Allah, Sunnah/Jalan, perbaikan, ilham/insting, kemampuan menilai, pengajaran, karunia, mendorong, mati dalam Islam, pahala, mengingatkan, benar dan kokoh/konsisten.
Dari 27 pengertian tersebut di atas, sesungguhnya Hidayah, secara mumu, terbagi benjadi empat bagian uatama :
1. Hidayah I’tiqodiyah (Petunjuk Terkait Keyakinan Hidup)
  2. Hidayah Thoriqiyah (Petunjuk Terkait Jalan Hidup (Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw)
3. Hidayah ‘Amaliyah (Petunjuk Terkait Aktivitas Hidup)
4. Hidayah Fithriyah (Fitrah)
 Hidayah Fithriyah ini terkait dengan kecenderungan alami yang Allah tanamkan dalam diri manusia untuk meyakini Tuhan Pencipta dan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri mereka. Realisasinya tergantung atas pilihan dan keinginan mereka sendiri. Sumbernya adalah Qalb (hati nurani) dan akal fikiran yang masih bersih (fithriyah) sebagimana yang dialami oleh Nabi Ibrahim.

Dalam Tafsir Munir karya Dr. Wahbah Az Zuhaily, hidayah ada lima macam, yaitu:

1. Hidayah ilhami
 Hidayah ini adalah fitrah yang Allah SWT berikan kepada semua makhluk ciptan-Nya. Dalam bahasa kita, hidayah ilhami ini adalah insting, yang merupakan tingkat inteligensi paling rendah.Contohnya, Allah SWT memberikan hidayah ilhami kepada lebah yang suka hinggap di bunga untuk mengambil saripatinya, atau seorang bayi yang lapar diberi hidayah ilhami oleh Allah SWT untuk menangis dan merengek-rengek pada ibunya agar diberi ASI.
 
2. Hidayah hawasi
Hidayah hawasi adalah hidayah yang membuat makhluk Allah SWT mampu merespon suatu peristiwa dengan respon yang sesuai. Contohnya adalah, ketika manusia mendapatkan kebahagiaan maka ia akan senang dan jika mendapatkan musibah maka ia akan sedih. Dalam istilah kita, hidayah hawasi ini adalah kemampuan inderawi.

3. Hidayah aqli (akal)
Hidayah akal adalah hidayah yang diberikan khusus pada manusia yang membuatnya bisa berfikir untuk menemukan ilmu dan sekaligus merespon peristiwa dalam kehidupannya dengan respon yang bermanfaat bagi dirinya. Hidayah akal akan bisa kita miliki manakala kita selalu mengambil pelajaran dari segala sesuatu, segala peristiwa, dan seluruh pengalaman hidup kita ataupun orang lain. hidup kita ataupun orang lain.

4.Hidayah dien (agama)
 Hidayah agama adalah sebuah panduan ilahiyah yang membuat manusia mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang baik dan yang buruk. Hidayah agama ini merupakan standard operating procedure (SOP) untuk menjalani kehidupan. Tentunya yang membuatnya adalah yang Maha segala-galanya, yang menciptakan manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Karena yang Allah SWT tentukan pastilah itu yang terbaik.

5 Hidayah taufiq. Hidayah taufiq adalah adalah hidayah yang membuat manusia hanya akan menjadikan agama sebagai panduan hidup dalam menjalani kehidupannya. Hidayah taufiq ibarat benih yang Allah SWT semaikan di hati yang tidak hanya bersih dari segala hama penyakit, tetapi juga subur dengan tetesan robbani.

DALIL – DALIL TENTANG HIDAYAH
1.      AL - QUR’AN

S U R A T   A L - I S R A '
17:15. Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.

S U R A T   A L - A N B I Y A
21:51. Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan) nya.

S U R A T   A L - H A J J
22:37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.  Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

S U R A T   A Z - Z U K H R U F
43:27. tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku".

SURAT AL – AN’AM 
125. Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya[503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.

[503] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.


2.      HADIST
1.      Salah satu hadis qudsi yang mengandung konsep hidayat sungguh layak untuk direnungi dan dijadikan solusi dalam mengarungi kehidupan kita yang penuh gelombang cobaan dan ujian. Dari Abu Dzar, Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, ''Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali mereka yang Aku berikan hidayah, karena itu mintalah hidayah itu niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian ....'' (HR Tirmidzi).
2.   عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :  مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَأَ      فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
(رواه مسلم)  
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa  yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya.
(Riwayat Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث  :
1.     Siapa yang membantu seorang muslim dalam menyelesaikan kesulitannya, maka akan dia dapatkan pada hari kiamat sebagai tabungannya yang akan memudahkan kesulitannya di hari yang sangat sulit tersebut.
2.     Sesungguhnya pembalasan disisi Allah ta’ala sesuai dengan jenis perbuatannya.
3.     Berbuat baik kepada makhluk merupakan cara untuk mendapatkan kecintaan Allah Ta’ala.
4.     Membenarkan niat dalam rangka mencari ilmu dan ikhlas di dalamnya agar tidak menggugurkan pahala sehingga amalnya dan kesungguhannya sia-sia.
5.     Memohon pertolongan kepada Allah ta’ala dan kemudahan dari-Nya, karena ketaatan tidak akan terlaksana kecuali karena kemudahan dan kasih sayang-Nya.
6.     Selalu membaca Al Quran, memahaminya dan mengamalkannya.
7.     Keutamaan duduk di rumah Allah untuk mengkaji ilmu.
3.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ  ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ   مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ .   يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ    وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ .
[رواه مسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman: Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya  sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya.
(Riwayat Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1.     Menegakkan keadilan di antara manusia serta haramnya kezaliman di antara mereka merupakan tujuan dari ajaran Islam yang paling penting.
2.     Wajib bagi setiap orang untuk memudahkan jalan petunjuk dan memintanya kepada Allah ta’ala.
3.     Semua makhluk sangat tergantung kepada Allah dalam mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan terhadap dirinya baik dalam perkara dunia maupun akhirat.
4.     Pentingnya istighfar dari perbuatan dosa dan sesungguhnya Allah ta’ala akan mengampuninya.
5.     Lemahnya makhluk dan ketidakmampuan mereka dalam mendatangkan kecelakaan dan kemanfaatan.
6.     Wajib bagi setiap mu’min untuk bersyukur kepada Allah ta’ala atas ni’mat-Nya dan taufiq-Nya.
7.     Sesungguhnya Allah ta’ala menghitung semua perbuatan seorang hamba dan membalasnya.
8.     Dalam hadits terdapat petunjuk untuk mengevaluasi diri (muhasabah) serta penyesalan atas dosa-dosa


3.      PERKATAAN DAN PENDAPAT ULAMA

1.      Menurut Buya Hamka, hidayah itu seperti pesawat terbang. Kalau landasannya sederhana, yang mendarat adalah helikopter. Jika landasan agak bagus maka bisa didarati pesawat jenis capung. Jika lebih baik lagi mungkin bisa twin otter, lebih mantap lagi oleh cassa, lebih bagus lagi mungkin jumbo jet. Pertanyaanya adalah, apakah kita telah bersungguh-sungguh merindukan dan mempersiapkan kedatangan hidayah itu atau tidak?

2.      Aa Gym, hakikat hidayah adalah ada di tangan Allah. Karenanya agar hidayah itu tetap terpelihara, kita harus senantiasa tekun berdo’a memohon pertolongan-Nya. Kita harus berani memotong, memutus total semua keinginan untuk terus melakukan perbuatan-perbuatan buruk itu. Hanya dengan keberanian itu hidayah dalam dada kita bias selalu dijaga.

3.    Imam Ibnu al-Jauzi berkata, “Barangsiapa yang dikehendaki untuk memperoleh kebaikan, Allah akan mengaruniakan kepadanya niat yang baik dalam menuntut ilmu. Allah memberikan akal dengan kemampuan untuk melihat akibat-akibatnya di masa depan. Adapun orang-orang yang berakal pendek, mereka tidak melihat kecuali apa yang hadir sekarang dan tak pernah melihat dampaknya.”


4.      DR. ‘Aidh bin Abdullah al-Qarni berkata, “Sesungguhnya untuk meraih hidayah, tidak cukup dengan hanya banyak ibadah. Ia harus disertai dengan hal-hal yang berkaitan dengan hati dan keimanan.” Itulah faktor yang membuat Abu Bakar ra mengungguli semua sahabat. Sebab, Abu Bakar ra tidak unggul karena shalat dan puasanya yan banyak, tapi karena sesuatu yang terdapat dalam hatinya. Karena itulah dikatakan, “Iman itu bukan dengan hiasan dan angan-angan, namun dengan sesuatu yang menetap dalam hati dan dibenarkan oleh perbuatan.”

5.      Muhammad Quraish Shihab menegaskan bahwa hidayah adalah tuntunan Tuhan kepada setiap makhluk agar dapat memiliki sesuatu atau tuntunan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dialah yang memberi hidayah kepada anak ayam memakan benih ketika baru saja menetas, atau lebah untuk membuat sarangnya dalam bentuk segi enam karena bentuk tersebut lebih sesuai dengan bentuk badan dan kondisinya.

Imam Ibnu al-Jauzi berkata, “Barangsiapa yang dikehendaki untuk memperoleh kebaikan, Allah akan mengaruniakan kepadanya niat yang baik dalam menuntut ilmu. Allah memberikan akal dengan kemampuan untuk melihat akibat-akibatnya di masa depan. Adapun orang-orang yang berakal pendek, mereka tidak melihat kecuali apa yang hadir sekarang dan tak pernah melihat dampaknya.”

SEBAB SESEORANG MENDAPATKAN HIDAYAH
  1. Mereka lahir di dalam keluarga yang beragama, maka mereka mendapat didikan secara langsung dan praktikal daripada suasana keluarga. Orang ini agak bernasib baik.
  2. Mereka yang lahir-lahir sahaja Allah telah bekalkan kesedaran dan petunjuk. Dari kecil lagi sudah suka kepada kebaikan dan kebenaran. Mereka terus mencari dan mengamalkan. Golongan itu amat sedikit. Ini adalah pemberian Allah secara wahbiah.
  3. Orang yang di dalam perjalanan hidupnya terjumpa golongan atau kelompok yang beragama Islam dan mengamalkan syariat manakala dilihat kehidupan mereka begitu baik dan bahagia lantas mengikut golongan itu.
  4. Orang yang sentiasa mencari-cari kebenaran, mereka sentiasa membaca, mengkaji, memperbandingkan serta melihat-lihat berbagai golongan dari berbagai-bagai agama dan ideologi serta bergaul dengan golongan itu maka akhirnya mereka bertemu dengan kebenaran itu.
  5. Golongan yang mendapat pendidikan Islam, mendengar ceramah agama, ikut kursus agama, menghadiri majlis-majlis agama maka mereka sebahagiannya mendapat petunjuk dari mengaji dan mendengar itu.
  6. Golongan yang diuji oleh Allah, mungkin selepas kaya jatuh miskin, atau mendapat sakit teruk, atau ditimpa bencana alam dan lain-lain lagi. Di situ dia sedar dan insaf. Lantaran itu dia kembali mendekatkan diri kepada Allah SWT.
  7. Ada golongan yang mendapat kebenaran kerana Allah beri mereka mengalami alam kerohanian seperti mimpi melihat alam Barzakh, mimpi melihat orang kena azab atau dia sendiri yang kena azab atau melihat Kiamat atau Allah perlihatkan kepadanya pokok sujud, pokok bertasbih, dan lain-lain lagi benda yang ajaib. Selepas itu mereka pun kembali kepada kebenaran.
  8. Ada orang yang sedar setelah melihat ada golongan atau keluarga yang kehidupan dunianya begitu hebat, rumah besar, kaya-raya, kenderaan yang mewah, harta banyak tapi kehidupan keluarga itu sentiasa porak-peranda, krisis sering berlaku, kasih sayang tidak ada, masing-masing membawa haluan sendiri, ukhwah tiada. Maka dari peristiwa itu mereka sedar dan insaf bahawa kemewahan hidup di dunia lagi tidak menjamin mendapat kebahagiaan lagi di Akhirat kelak.
  9. Ada golongan yang mereka sendiri alami kehidupan mewah, serba ada, apa hendak dapat, pangkat ada, duit banyak, namun kebahagiaan tidak dirasai. Hidup di dalam keluarga porak-peranda. Lantas mereka insaf dan sedar, akhirnya mencari jalan kebenaran.
  10. Ada golongan yang dapat petunjuk kerana ada orang yang soleh atau orang yang bertaqwa mendoakannya, lantas doanya dikabulkan oleh Allah. Maka Islamlah dia, seperti kisah Sayidina Umar Al Khattab dapat petunjuk kerana doa Rasulullah SAW.
Cara Mendapatkan Hidayah
    1. Memakmurkan masjid
Salah satu cara meraih hidayah Allah SWT adalah dengan memakmurkan masjid. Bukan sekadar menghadiri shalat, tetapi bagaimana menangkap cahaya hidayah yang terpancar dari masjid.

”Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS At-Taubah [9]: 18).
 
Masjid adalah pancaran nur Ilahi. Allah adalah sumber dan pemberi cahaya. Suatu bahan yang terlihat mengilap atau kusam bergantung pada sifat dan posisi bahan itu apakah dia memantulkan, menyerap cahaya atau tidak. Cahaya dapat berbelok, dapat memantul.

Hidayah juga demikian. Cahaya hanya menembus benda yang transparan melalui kaca. Cahaya tidak dapat menembus tembok, demikian juga cahaya spiritual. Jika hati tertutup, cahaya atau hidayah Allah tidak akan masuk. Ini salah satu sebab mengapa orang ingkar dinamakan kafir. Sebab, hati mereka telah tertutup. Karena itu, bukalah pintu hati dan pikiran untuk meraih hidayah Allah.

Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat-(nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.’‘ (QS An Nuur [24]: 35)

    1. Melaksanakan amal kebaikan
    2. Shalat dan berdo’a kepada Allah agar diberi hidayah
Di antara penyebab yang paling besar seseorang mendapatkan hidayah Allah adalah orang yang senantiasa menjaga sholatnya, Allah berfirman pada surat al-baqoroh yang artinya “Aliif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya dan merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Siapa mereka itu, dilanjutkan pada ayat setelahnya “yaitu mereka yang beriman kepada hal yang ghoib, mendirikan sholat dan menafkahkah sebagian rizki yang diberikan kepadanya” (QS. Al-baqoroh:3).
    1. Bertauhid
Seseorang yang menginginkan hidayah Allah, maka ia harus terhindar dari kesyirikan, karena Allah tidaklah memberi hidayah kepada orang yang berbuat syirik.
Allah berfirman yang artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-an’am: 82).
5.      Taubat kepada Allah
Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang yang tidak bertaubat dari kemaksiatan, bagaimana mungkin Allah memberi hidayah kepada seseorang sedangkan ia tidak bertaubat? Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya”. (QS. Ar-Ra’d: 27).
6.      Belajar agama
Tanpa ilmu (agama), seseorang tidak mungkin akan mendapatkan hidayah Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Jika Allah menginginkan kebaikan (petunjuk) kepada seorang hamba, maka Allah akan memahamkannya agama”. (HR Bukhori)
7.      Mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi hal yang dilarang
Kemaksiatan adalah sebab seseorang dijauhkan dari hidayah. Allah berfirman yang artinya “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (An-nisa: 66-68).
8.      Membaca Al-qur’an, memahaminya mentadaburinya dan mengamalkannya
Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus”. (QS. Al-Isra:9).
9.      Berpegang teguh kepada agama Allah
Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-Imron:101).
10.  Berkumpul dengan orang-orang sholeh
Allah berfirman yang artinya
“Katakanlah: “Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): “Marilah ikuti kami.” Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am:72).
Ibnu katsir menafsiri ayat ini, “Ayat ini adalah permisalan yang Allah berikan kepada teman yang sholeh yang menyeru kepada hidayah Allah dan teman yang jelek yang menyeru kepada kesesatan, barangsiapa yang mengikuti hidayah, maka ia bersama teman-teman yang sholeh, dan barang siapa yang mengikuti kesesatan, maka ia bersama teman-teman yang jelek. “
Dengan mengetahui hal tersebut, marilah kita berupaya untuk mengerjakannya dan mengajak orang lain untuk melakukan sebab-sebab ini, semoga dengan jerih payah dan usaha kita dalam menjalankannya dan mendakwahkannya menjadi sebab kita mendapatkan hidayah Allah. Syaikh Abdullah Al-bukhori mengatakan dalam khutbah jum’atnya “Semakin seorang meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah, niscaya bertambah hidayah padanya. Seorang hamba akan senantiasa ditambah hidayahnya selama dia senantiasa menambah ketaqwaannya. Semakin dia bertaqwa, maka semakin bertambahlah hidayahnya, sebaliknya semakin ia mendapat hidayah/petunjuk, dia semakin menambah ketaqwaannya. Sehingga dia senantiasa ditambah hidayahnya selama ia menambah ketaqwaannya.”

CARA MEMELIHARA HIDAYAH
  1. Kita syukuri nikmat Tuhan yang paling berharga itu. Kita rasakan bahwa ia adalah nikmat dan pemberian yang tidak ternilai.
  2. Kita istiqamah mengamalkannya dengan tekun serta penuh rasa bimbang kalau-kalau Allah SWT mengambilnya semula atau bimbang kalau Allah Taala tarik semula.
  3. Kenalah mujahadah selalu dengan penuh sabar. Terutama di waktu-waktu terasa malas hendak mengerjakan kebaikan dan terasa ringan hendak melakukan kemungkaran.
  4. Bergaul selalu dengan kawan-kawan yang baik. Ini sangat membantu kita menjaga syariat di dalam kehidupan dan kita terasa ada kawan.
  5. Kalau kita memang orang yang dipimpin, jangan terlepas daripada pimpinan. Adanya pimpinan itu perlu kerana kita sentiasa mendapat nasihat, tunjuk ajarnya serta ilmunya yang diberi dari masa ke semasa. 
  6. Solat awal waktu sentiasa dalam keadaan bersedia untuk berdepan dengan Allah yakni persiapan menunaikan solat dengan menyediakan diri dengan lebih awal. Melambat lambatkan solat seolah olah tidak memandang berat akan solat itu,maka rasa syukur pun terhakis. 
  7. Elak dari maksiat jauhi maksiat termasuk maksiat batin mendekatkan diri kita kepada syukur tetapi sangat perlu untuk mujahadah bagi mereka yang sudah sebati dengan maksiat seperti bergaul bebas lelaki perempuan, melihat aurat, terlibat dengan riba dan kemungkaran. Allah melarang kita dari melakukan maksiat sedangkan kita masih terasa sedap buat maksiat, bagaimana kita nak ada rasa syukur kalau ini masih ada pada kita? 
  8. Tidak menyukai mazmumah setelah mengenali mazmumah lebih dekat ramai orang memikirkan maksiat atau kemungkaran itu pada yang zahir seperti minum arak, berjudi dan berzina tidak tidak memikirkan mazmumah yang penting untuk dibakar dan dibuang. Sebab itu bermujahadah mengikis mazmumah adalah perlu dan dibuat secara berterusan.

SIKAP SISWA YANG SESUAI DAN TIDAK SESUAI UNTUK MERAIH DAN MEMELIHARA HIDAYAH

A.    SIKAP SESUAI
  1. Mendengarkan Dakwah/ ceramah agama agar mendapat chaya hidayah dari allah SWT
  2. Selalu bertasbih untuk mengingat allah selalu.
  3. menghindari perbuatan yang dilarang, agar dia mendapat selalu hidayah untuk di peliharanya
  4. selalu menyesali perbuatan buruk yang pernah di lakukannya.
  5. Tidak berputus asa apabila gagal
  6. Bersikap sopan santun, sabar, rendah hati, qana’ah
  7. Hormat kepada orang tua, guru, dan sesame manusia lain
  8. Tidak takut terhadap apapun kecuali kepada Allah
  9. Menjalankan kewajibannya dengan baik dan penuh tanggung jawab
  10. Mengamalkan  Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dan panutan hidup.
  11. Menuntut ilmu dengan sungguh - sungguh


B.     SIKAP TIDAK SESUAI
1.    Tidak mau mendengar nasehat dan ceramah agama
2.    Mudah berputus asa
3.    Malas
4.    Melakukan hal-hal yang dilarang Allah
5.    Berakhlak mazmumah dan memiliki penyakit hati seperti takabbur/ sombong, riya, hasad dan lainnya.
6.    Tidak melaksanakan kewajibannya dengan baik dan tidak bertanggung jawab atas kewajibannya
7.    Larut terhadap urusan dunia sedangkan  urusan akhirat tidak dihiraukan.
8.    Tidak bersungguh – sungguh dalam menuntut ilmu.
9.     

Hidayah Dan Taufik Ditarik Semula

Hidayah dan taufik kalau tidak pandai menjaganya ia akan diambil semula atau akan hilang semula dari kita. Di waktu itu kita akan hidup terumbang-ambing. Tiada disiplin, tiada istiqamah, malas beramal, ringan saja dengan maksiat, jiwa derita dan sengsara walaupun punya kekayaan yang banyak dan serba ada. Di antara sebab-sebab hidayah dan taufik ditarik balik ialah:
  1. Kita derhaka dengan guru kita yang pernah memberi tunjuk ajar kepada kita dan lari dari pimpinannya. Di waktu itu kita kehilangan pemimpin. Terumbang-ambinglah hidup kita.
  2. Derhaka dengan dua ibu bapa. Kita sia-siakan kedua-duanya. Kita biarkan ibu bapa tidak terurus dan terjaga hingga terbiar kehidupan kedua-duanya. Lebih-lebih lagi kalau dia marah atau rasa tidak senang dengan kita.
  3. Apabila jiwa kita telah terpengaruh dengan dunia, maka dengan ibadah sudah tidak seronok atau telah mula terasa berat mengerjakannya. Maka ia perlahan-lahan luntur dan mula cuai, dengan halal dan haram mula tidak ambil kira,akhirnya takut dengan Tuhan perlahan-lahan dihakis dari hati kita hingga hilang semuanya sekali.
  4. Menzalim orang lain. Dengan sebab menzalim, rasa takut dengan Tuhan sedikit demi sedikit dicabut. Selepas itu cuai pun datang. Malas beribadah. Kemungkaran dan maksiat sedikit demi sedikit sudah berani dibuat. Begitulah seterusnya hingga hanyut dan tenggelam di dalam maksiat.
  5. Mula bergaul bebas dengan orang-orang yang tidak menjaga syariat. Kemudian terus terasa seronok dengan kebebasan itu. Kemudian terus terlajak dan sedap dengan perbuatan itu dan selepas itu terus hanyut dengan arus kemungkaran dan maksiat. Takut dengan Tuhan pun lenyap.
Selain itu hal- hal yang membuat hidayah dicabut adalah
  1. Zalim
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka Telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.“
“Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan Karena kejahatan- kejahatan yang Telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. yang demikian itu adalah karunia yang besar.“ (Asy Syura [42]: 21-22)
  1. Fasiq
“Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. yang demikian itu adalah Karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.“ (at Taubah [9]: 80)
“Dan (Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, Mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka[1473]; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.“ (Ash Shaf [61]: 5)
  1. Lebih Cinta Dunia
“Yang demikian itu disebabkan Karena Sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.” (an Nahl [16] : 107)
  1. Kufur (Ingkar)
  2. Berlebihan
  3. Tidak berusaha mencari hidayah
  4. Sesat
“Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, Maka Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong.” (An Nahl [16]: 37)
  1. Dusta (bohong)
Naluri dan hajat ’udwiyyah (kebutuhan fisik) adalah netral sifatnya karena identik dengan qadlo Allah, jika sesuai dengan hidayah Irsyad wal bayan maka harus didorong sedangkan jika tidak maka harus ditahan.
Dengan penjelasan tentang jenis-jenis hidayah di atas, maka kita bisa memahami mengapa seseorang bisa mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan mengapa seseorang tidak memperoleh hidayah dari Allah SWT.
Oke, ternyata hidayah itu memang tidak bisa datang dengan sendirinya. Hidayah harus diusahakan oleh manusia itu sendiri. Jika manusia telah berusaha mencari hidayah Allah sampai pada kondisi yang Allah inginkan sesuai syarat-syarat diatas maka Allah akan membantu manusia tersebut untuk memperoleh hidayah-Nya. Tapi Allah juga mencabut hidayah pada diri seseorang jika kemudian orang itu berpaling (ingkar) dan menjadi sombong (meremehkan orang lain dan menolak kebenaran).

KESIMPULAN

Hidayah Allah SWT memerlukan perjuangan untuk mendapatkannya. Semakin besar perjuangan dan kesungguhan kita, maka insya Allah kita akan semakin mudah mendapatkannya, karena semuanya tergantung kepada usaha kita. Hidayah Allah SWT ibarat sinar matahari yang menyinari seluruh alam ini, dan kita adalah penerima sinar tersebut. Jika kita membuka diri dengan hati yang bersih maka kita akan mudah untuk mendapatkan sinar hidayah Allah SWT. Tapi jika kita menutupi hati dan diri kita dengan kotoran dan hama penyakit hati maka kita akan sulit untuk mendapatkan sinar hidayah-Nya.

Tidak ada komentar: