PENGERTIAN HIDAYAH
Kata Hidayah
adalah bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya ialah : هدى – يهدي – هديا – هدى – هدية - هداية
(hadaa, yahdii,
hadyan, hudan, hidyatan, hidaayatan). Kata hidayah merupakan bentuk masdar
(infinitif) dari kata kerja hada (telah menunjuki atau membimbing) dan yahdi
(akan atau sedang menunjuki atau membimbing) . Al-huda yang amat banyak
kita jumpai dalam al-Quranul karim. Pengertian hidayah yang terkandung dalam
kata hada, yahdi dan al-huda itu pada umumnya mengacu kepada bimbingan atau
petunjuk bagi manusia kepada jalan yang lurus (as-sirath-al-mustaqim), yang
baik (at-thayyib) yang benar (al-haq), atau jalan yang terpuji (as-sirat
al-hamid). Khusus yang terakhir, kata (هداية)
kalau wakaf (berhenti) di baca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa
Indonesia. Hidayah secara bahasa berarti petunjuk. Lawan katanya adalah
: ضلالة (Dholalah) yang berarti “kesesatan”. Secara
istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan
menyampaikan kepada tujuan.
FADILAH
DAN KEUTAMAAN MERAIH HIDAYAH DAN MEMELIHARANYA
(1.) Siapa yang
memilikinya dianggap kaya dan mulia.
(2.) Siapa yang
memiliki intan berlian rohani, ia merupakan orang kaya Tuhan. Ia telah mendapat
segala galanya.
(3.) Siapa yang
memilikinya, hidupnya terpimpin, akhlaknya mulia, syariatnya terjaga, imannya
teguh dan bercahaya dan ia menjadi orang yang berbahagia.
Macam-Macam Hidayah
Para Ulama
besar Islam telah menjelaskan dengan rinci dan mendalam perihal Hidayah/Hudan,
khususnya yang diambil dari Al-Qur’an seperti yang ditulis oleh Al-Balkhi dalam
bukunya “Al-Asybah wa An-Nazho-ir”, Yahya Ibnu Salam dalam bukunya
“At-Tashoriif”, As-Suyuthi dalam bukunya “Al-Itqon” dan Ibnul Qoyyim Al-Jawzi
dalam bukunya “Nuzhatu Al-A’yun An-Nawazhir”. Hidayah/Hudan Dalam Al-Qur’an
tercantum sekitar 171 ayat dan terdapat pula dalam 52 Hadits. Sedangkan
pengertian Hidayah / Hudan dalam Al-Qur’an dan Hadits terdapat sekitar 27
makna. Di antaranya bermakna : penjelasan, agama Islam, Iman (keyakinan),
seruan, pengetahuan, perintah, lurus/cerdas, rasul /kitab, Al-Qur’an, Taurat,
taufiq/ketepatan, mengakkan argumentasi, Tauhid/ mengesakan Allah,
Sunnah/Jalan, perbaikan, ilham/insting, kemampuan menilai, pengajaran, karunia,
mendorong, mati dalam Islam, pahala, mengingatkan, benar dan kokoh/konsisten.
Dari 27
pengertian tersebut di atas, sesungguhnya Hidayah, secara mumu, terbagi benjadi
empat bagian uatama :
1. Hidayah I’tiqodiyah (Petunjuk Terkait Keyakinan Hidup)
2. Hidayah Thoriqiyah
(Petunjuk Terkait Jalan Hidup
(Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw)
3. Hidayah
‘Amaliyah (Petunjuk Terkait Aktivitas Hidup)
4. Hidayah
Fithriyah (Fitrah)
Hidayah Fithriyah ini terkait dengan
kecenderungan alami yang Allah tanamkan dalam diri manusia untuk meyakini Tuhan
Pencipta dan melakukan hal-hal yang bermanfaat untuk diri mereka. Realisasinya
tergantung atas pilihan dan keinginan mereka sendiri. Sumbernya adalah Qalb
(hati nurani) dan akal fikiran yang masih bersih (fithriyah) sebagimana yang dialami
oleh Nabi Ibrahim.
Dalam Tafsir
Munir karya Dr. Wahbah Az Zuhaily, hidayah ada lima macam, yaitu:
1. Hidayah ilhami
Hidayah ini adalah fitrah yang Allah SWT
berikan kepada semua makhluk ciptan-Nya. Dalam bahasa kita, hidayah ilhami ini
adalah insting, yang merupakan tingkat inteligensi paling rendah.Contohnya,
Allah SWT memberikan hidayah ilhami kepada lebah yang suka hinggap di bunga
untuk mengambil saripatinya, atau seorang bayi yang lapar diberi hidayah ilhami
oleh Allah SWT untuk menangis dan merengek-rengek pada ibunya agar diberi ASI.
2. Hidayah hawasi
Hidayah hawasi
adalah hidayah yang membuat makhluk Allah SWT mampu merespon suatu peristiwa
dengan respon yang sesuai. Contohnya adalah, ketika manusia mendapatkan
kebahagiaan maka ia akan senang dan jika mendapatkan musibah maka ia akan
sedih. Dalam istilah kita, hidayah hawasi ini adalah kemampuan inderawi.
3. Hidayah aqli (akal)
3. Hidayah aqli (akal)
Hidayah akal
adalah hidayah yang diberikan khusus pada manusia yang membuatnya bisa berfikir
untuk menemukan ilmu dan sekaligus merespon peristiwa dalam kehidupannya dengan
respon yang bermanfaat bagi dirinya. Hidayah akal akan bisa kita miliki
manakala kita selalu mengambil pelajaran dari segala sesuatu, segala peristiwa,
dan seluruh pengalaman hidup kita ataupun orang lain. hidup
kita ataupun orang lain.
4.Hidayah dien (agama)
4.Hidayah dien (agama)
Hidayah agama adalah sebuah panduan ilahiyah
yang membuat manusia mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, antara
yang baik dan yang buruk. Hidayah agama ini merupakan standard operating
procedure (SOP) untuk menjalani kehidupan. Tentunya yang membuatnya adalah yang
Maha segala-galanya, yang menciptakan manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT.
Karena yang Allah SWT tentukan pastilah itu yang terbaik.
5 Hidayah taufiq. Hidayah taufiq adalah adalah hidayah yang membuat manusia hanya akan menjadikan agama sebagai panduan hidup dalam menjalani kehidupannya. Hidayah taufiq ibarat benih yang Allah SWT semaikan di hati yang tidak hanya bersih dari segala hama penyakit, tetapi juga subur dengan tetesan robbani.
DALIL
– DALIL TENTANG HIDAYAH
1.
AL - QUR’AN
S U R A T A L - I S R A '
17:15. Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah),
maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya
sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami
tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.
S U R A T A L - A N B I Y
A
21:51. Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim
hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui
(keadaan) nya.
S U R A T A L - H A J J
22:37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat
mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
S U R A T A Z - Z U K H R
U F
43:27. tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena
sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku".
SURAT AL – AN’AM
125.
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya
Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang
dikehendaki Allah kesesatannya[503], niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi
sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa
kepada orang-orang yang tidak beriman.
[503] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat
berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat
ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah
menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.
2.
HADIST
1.
Salah satu hadis qudsi
yang mengandung konsep hidayat sungguh layak untuk direnungi dan dijadikan solusi
dalam mengarungi kehidupan kita yang penuh gelombang cobaan dan ujian. Dari Abu
Dzar, Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman, ''Wahai hamba-Ku, kalian
semua sesat kecuali mereka yang Aku berikan hidayah, karena itu mintalah
hidayah itu niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian ....'' (HR Tirmidzi).
2.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ نَفَّسَ عَنْ
مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ
كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ
عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي
عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ
اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ
بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ
نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ
الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ
بَطَأَ فِي عَمَلِهِ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
(رواه مسلم)
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah
radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa
yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan
dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan
siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan
baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah
akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya
selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk
mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang
berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan
mempelajarinya di antara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka
ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi
malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan
siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya.
(Riwayat Muslim)
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1.
Siapa yang membantu seorang muslim dalam menyelesaikan kesulitannya, maka akan
dia dapatkan pada hari kiamat sebagai tabungannya yang akan memudahkan
kesulitannya di hari yang sangat sulit tersebut.
2.
Sesungguhnya pembalasan disisi Allah ta’ala sesuai dengan jenis perbuatannya.
3.
Berbuat baik kepada makhluk merupakan cara untuk mendapatkan kecintaan Allah
Ta’ala.
4.
Membenarkan niat dalam rangka mencari ilmu dan ikhlas di dalamnya agar tidak
menggugurkan pahala sehingga amalnya dan kesungguhannya sia-sia.
5.
Memohon pertolongan kepada Allah ta’ala dan kemudahan dari-Nya, karena ketaatan
tidak akan terlaksana kecuali karena kemudahan dan kasih sayang-Nya.
6.
Selalu membaca Al Quran, memahaminya dan mengamalkannya.
7.
Keutamaan duduk di rumah Allah untuk mengkaji ilmu.
3.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَا
يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي
حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ
تَظَالَمُوا . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ،
فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ
أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ
إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ
تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً،
فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا
ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي
لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى
أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً .
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ
كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ
مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ
وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ
وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا
يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ . يَا عِبَادِي
إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ
وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ
إِلاَّ نَفْسَهُ .
[رواه مسلم]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Dzar Al Ghifari
radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana
beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman: Wahai hambaku,
sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah
menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian
saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa
yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan
memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali
siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya
Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali
siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku
niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan
kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka
mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya
tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak
ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya sejak
orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan
jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal
tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya
sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan
manusia dan jin di antara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka di
antara kalian, niscaya hal itu mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai
hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang
terakhir semuanya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku,
lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa
yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah
lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan
untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan
kebaikaan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan
selain (kebaikan) itu janganlah ada yang dicela kecuali dirinya.
(Riwayat Muslim)
Pelajaran yang terdapat
dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1.
Menegakkan keadilan di antara manusia serta haramnya kezaliman di antara mereka
merupakan tujuan dari ajaran Islam yang paling penting.
2.
Wajib bagi setiap orang untuk memudahkan jalan petunjuk dan memintanya kepada
Allah ta’ala.
3.
Semua makhluk sangat tergantung kepada Allah dalam mendatangkan kebaikan dan
menolak keburukan terhadap dirinya baik dalam perkara dunia maupun akhirat.
4.
Pentingnya istighfar dari perbuatan dosa dan sesungguhnya Allah ta’ala akan
mengampuninya.
5.
Lemahnya makhluk dan ketidakmampuan mereka dalam mendatangkan kecelakaan dan
kemanfaatan.
6.
Wajib bagi setiap mu’min untuk bersyukur kepada Allah ta’ala atas ni’mat-Nya
dan taufiq-Nya.
7.
Sesungguhnya Allah ta’ala menghitung semua perbuatan seorang hamba dan
membalasnya.
8.
Dalam hadits terdapat petunjuk untuk mengevaluasi diri (muhasabah) serta
penyesalan atas dosa-dosa
3.
PERKATAAN DAN PENDAPAT ULAMA
1. Menurut
Buya Hamka, hidayah itu seperti pesawat terbang. Kalau landasannya sederhana,
yang mendarat adalah helikopter. Jika landasan agak bagus maka bisa didarati
pesawat jenis capung. Jika lebih baik lagi mungkin bisa twin otter, lebih
mantap lagi oleh cassa, lebih bagus lagi mungkin jumbo jet. Pertanyaanya
adalah, apakah kita telah bersungguh-sungguh merindukan dan mempersiapkan
kedatangan hidayah itu atau tidak?
2. Aa
Gym, hakikat hidayah adalah ada di tangan Allah. Karenanya agar hidayah itu
tetap terpelihara, kita harus senantiasa tekun berdo’a memohon pertolongan-Nya.
Kita harus berani memotong, memutus total semua keinginan untuk terus melakukan
perbuatan-perbuatan buruk itu. Hanya dengan keberanian itu hidayah dalam dada
kita bias selalu dijaga.
3. Imam
Ibnu al-Jauzi berkata, “Barangsiapa yang dikehendaki untuk memperoleh kebaikan,
Allah akan mengaruniakan kepadanya niat yang baik dalam menuntut ilmu. Allah
memberikan akal dengan kemampuan untuk melihat akibat-akibatnya di masa depan.
Adapun orang-orang yang berakal pendek, mereka tidak melihat kecuali apa yang
hadir sekarang dan tak pernah melihat dampaknya.”
4. DR.
‘Aidh bin Abdullah al-Qarni berkata, “Sesungguhnya untuk meraih hidayah, tidak
cukup dengan hanya banyak ibadah. Ia harus disertai dengan hal-hal yang
berkaitan dengan hati dan keimanan.” Itulah faktor yang membuat Abu Bakar ra
mengungguli semua sahabat. Sebab, Abu Bakar ra tidak unggul karena shalat dan
puasanya yan banyak, tapi karena sesuatu yang terdapat dalam hatinya. Karena
itulah dikatakan, “Iman itu bukan dengan hiasan dan angan-angan, namun dengan
sesuatu yang menetap dalam hati dan dibenarkan oleh perbuatan.”
5. Muhammad
Quraish Shihab menegaskan bahwa hidayah adalah tuntunan Tuhan kepada setiap
makhluk agar dapat memiliki sesuatu atau tuntunan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dialah yang memberi hidayah kepada anak ayam memakan benih ketika
baru saja menetas, atau lebah untuk membuat sarangnya dalam bentuk segi enam
karena bentuk tersebut lebih sesuai dengan bentuk badan dan kondisinya.
Imam Ibnu al-Jauzi berkata, “Barangsiapa yang dikehendaki untuk
memperoleh kebaikan, Allah akan mengaruniakan kepadanya niat yang baik dalam
menuntut ilmu. Allah memberikan akal dengan kemampuan untuk melihat
akibat-akibatnya di masa depan. Adapun orang-orang yang berakal pendek, mereka
tidak melihat kecuali apa yang hadir sekarang dan tak pernah melihat
dampaknya.”
SEBAB
SESEORANG MENDAPATKAN HIDAYAH
- Mereka lahir di dalam keluarga yang beragama, maka mereka mendapat didikan secara langsung dan praktikal daripada suasana keluarga. Orang ini agak bernasib baik.
- Mereka yang lahir-lahir sahaja Allah telah bekalkan kesedaran dan petunjuk. Dari kecil lagi sudah suka kepada kebaikan dan kebenaran. Mereka terus mencari dan mengamalkan. Golongan itu amat sedikit. Ini adalah pemberian Allah secara wahbiah.
- Orang yang di dalam perjalanan hidupnya terjumpa golongan atau kelompok yang beragama Islam dan mengamalkan syariat manakala dilihat kehidupan mereka begitu baik dan bahagia lantas mengikut golongan itu.
- Orang yang sentiasa mencari-cari kebenaran, mereka sentiasa membaca, mengkaji, memperbandingkan serta melihat-lihat berbagai golongan dari berbagai-bagai agama dan ideologi serta bergaul dengan golongan itu maka akhirnya mereka bertemu dengan kebenaran itu.
- Golongan yang mendapat pendidikan Islam, mendengar ceramah agama, ikut kursus agama, menghadiri majlis-majlis agama maka mereka sebahagiannya mendapat petunjuk dari mengaji dan mendengar itu.
- Golongan yang diuji oleh Allah, mungkin selepas kaya jatuh miskin, atau mendapat sakit teruk, atau ditimpa bencana alam dan lain-lain lagi. Di situ dia sedar dan insaf. Lantaran itu dia kembali mendekatkan diri kepada Allah SWT.
- Ada golongan yang mendapat kebenaran kerana Allah beri mereka mengalami alam kerohanian seperti mimpi melihat alam Barzakh, mimpi melihat orang kena azab atau dia sendiri yang kena azab atau melihat Kiamat atau Allah perlihatkan kepadanya pokok sujud, pokok bertasbih, dan lain-lain lagi benda yang ajaib. Selepas itu mereka pun kembali kepada kebenaran.
- Ada orang yang sedar setelah melihat ada golongan atau keluarga yang kehidupan dunianya begitu hebat, rumah besar, kaya-raya, kenderaan yang mewah, harta banyak tapi kehidupan keluarga itu sentiasa porak-peranda, krisis sering berlaku, kasih sayang tidak ada, masing-masing membawa haluan sendiri, ukhwah tiada. Maka dari peristiwa itu mereka sedar dan insaf bahawa kemewahan hidup di dunia lagi tidak menjamin mendapat kebahagiaan lagi di Akhirat kelak.
- Ada golongan yang mereka sendiri alami kehidupan mewah, serba ada, apa hendak dapat, pangkat ada, duit banyak, namun kebahagiaan tidak dirasai. Hidup di dalam keluarga porak-peranda. Lantas mereka insaf dan sedar, akhirnya mencari jalan kebenaran.
- Ada golongan yang dapat petunjuk kerana ada orang yang soleh atau orang yang bertaqwa mendoakannya, lantas doanya dikabulkan oleh Allah. Maka Islamlah dia, seperti kisah Sayidina Umar Al Khattab dapat petunjuk kerana doa Rasulullah SAW.
Cara
Mendapatkan Hidayah
- Memakmurkan masjid
Salah
satu cara meraih hidayah Allah SWT adalah dengan memakmurkan masjid. Bukan
sekadar menghadiri shalat, tetapi bagaimana menangkap cahaya hidayah yang
terpancar dari masjid.
”Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS At-Taubah [9]: 18).
Masjid adalah pancaran nur Ilahi. Allah adalah sumber dan pemberi cahaya. Suatu bahan yang terlihat mengilap atau kusam bergantung pada sifat dan posisi bahan itu apakah dia memantulkan, menyerap cahaya atau tidak. Cahaya dapat berbelok, dapat memantul.
Hidayah juga demikian. Cahaya hanya menembus benda yang transparan melalui kaca. Cahaya tidak dapat menembus tembok, demikian juga cahaya spiritual. Jika hati tertutup, cahaya atau hidayah Allah tidak akan masuk. Ini salah satu sebab mengapa orang ingkar dinamakan kafir. Sebab, hati mereka telah tertutup. Karena itu, bukalah pintu hati dan pikiran untuk meraih hidayah Allah.
Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat-(nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.’‘ (QS An Nuur [24]: 35)
- Melaksanakan amal kebaikan
- Shalat dan berdo’a kepada Allah agar diberi hidayah
Di antara penyebab yang paling besar seseorang mendapatkan hidayah
Allah adalah orang yang senantiasa menjaga sholatnya, Allah berfirman pada
surat al-baqoroh yang artinya “Aliif laam miim, Kitab (Al Quran) ini tidak
ada keraguan padanya dan merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
Siapa mereka itu, dilanjutkan pada ayat setelahnya “yaitu mereka
yang beriman kepada hal yang ghoib, mendirikan sholat dan menafkahkah sebagian
rizki yang diberikan kepadanya” (QS. Al-baqoroh:3).
- Bertauhid
Seseorang yang menginginkan hidayah Allah, maka ia harus terhindar
dari kesyirikan, karena Allah tidaklah memberi hidayah kepada orang yang
berbuat syirik.
Allah berfirman yang artinya: “Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kesyirikan, mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al-an’am: 82).
5.
Taubat kepada Allah
Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang yang tidak bertaubat
dari kemaksiatan, bagaimana mungkin Allah memberi hidayah kepada seseorang
sedangkan ia tidak bertaubat? Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya
Allah menyesatkan siapa
yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya”.
(QS. Ar-Ra’d: 27).
6.
Belajar agama
Tanpa ilmu (agama), seseorang tidak mungkin akan mendapatkan hidayah
Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya “Jika
Allah menginginkan kebaikan (petunjuk) kepada seorang hamba, maka Allah akan
memahamkannya agama”. (HR Bukhori)
7.
Mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi hal yang dilarang
Kemaksiatan adalah sebab seseorang dijauhkan dari hidayah. Allah
berfirman yang artinya “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan
pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih
baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau demikian, pasti
Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami
tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (An-nisa: 66-68).
8.
Membaca Al-qur’an, memahaminya mentadaburinya dan mengamalkannya
Allah berfirman yang artinya “Sesungguhnya Al Quran ini
memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus”. (QS. Al-Isra:9).
9.
Berpegang teguh kepada agama Allah
Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang berpegang teguh
kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan
yang lurus.” (QS. Ali-Imron:101).
10. Berkumpul dengan orang-orang sholeh
Allah berfirman yang artinya
“Katakanlah: “Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah,
sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula)
mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke
belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah
disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung,
dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan
mengatakan): “Marilah ikuti kami.” Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah
itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri
kepada Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am:72).
Ibnu katsir menafsiri ayat ini, “Ayat ini adalah permisalan yang
Allah berikan kepada teman yang sholeh yang menyeru kepada hidayah Allah dan
teman yang jelek yang menyeru kepada kesesatan, barangsiapa yang mengikuti
hidayah, maka ia bersama teman-teman yang sholeh, dan barang siapa yang
mengikuti kesesatan, maka ia bersama teman-teman yang jelek. “
Dengan mengetahui hal tersebut, marilah kita berupaya untuk
mengerjakannya dan mengajak orang lain untuk melakukan sebab-sebab ini, semoga
dengan jerih payah dan usaha kita dalam menjalankannya dan mendakwahkannya
menjadi sebab kita mendapatkan hidayah Allah. Syaikh Abdullah Al-bukhori mengatakan
dalam khutbah jum’atnya “Semakin seorang meningkatkan ketaqwaannya kepada
Allah, niscaya bertambah hidayah padanya. Seorang hamba akan senantiasa
ditambah hidayahnya selama dia senantiasa menambah ketaqwaannya. Semakin dia
bertaqwa, maka semakin bertambahlah hidayahnya, sebaliknya semakin ia mendapat
hidayah/petunjuk, dia semakin menambah ketaqwaannya. Sehingga dia senantiasa
ditambah hidayahnya selama ia menambah ketaqwaannya.”
CARA MEMELIHARA HIDAYAH
- Kita syukuri nikmat Tuhan yang paling berharga itu. Kita rasakan bahwa ia adalah nikmat dan pemberian yang tidak ternilai.
- Kita istiqamah mengamalkannya dengan tekun serta penuh rasa bimbang kalau-kalau Allah SWT mengambilnya semula atau bimbang kalau Allah Taala tarik semula.
- Kenalah mujahadah selalu dengan penuh sabar. Terutama di waktu-waktu terasa malas hendak mengerjakan kebaikan dan terasa ringan hendak melakukan kemungkaran.
- Bergaul selalu dengan kawan-kawan yang baik. Ini sangat membantu kita menjaga syariat di dalam kehidupan dan kita terasa ada kawan.
- Kalau kita memang orang yang dipimpin, jangan terlepas daripada pimpinan. Adanya pimpinan itu perlu kerana kita sentiasa mendapat nasihat, tunjuk ajarnya serta ilmunya yang diberi dari masa ke semasa.
- Solat awal waktu sentiasa dalam keadaan bersedia untuk berdepan dengan Allah yakni persiapan menunaikan solat dengan menyediakan diri dengan lebih awal. Melambat lambatkan solat seolah olah tidak memandang berat akan solat itu,maka rasa syukur pun terhakis.
- Elak dari maksiat jauhi maksiat termasuk maksiat batin mendekatkan diri kita kepada syukur tetapi sangat perlu untuk mujahadah bagi mereka yang sudah sebati dengan maksiat seperti bergaul bebas lelaki perempuan, melihat aurat, terlibat dengan riba dan kemungkaran. Allah melarang kita dari melakukan maksiat sedangkan kita masih terasa sedap buat maksiat, bagaimana kita nak ada rasa syukur kalau ini masih ada pada kita?
- Tidak menyukai mazmumah setelah mengenali mazmumah lebih dekat ramai orang memikirkan maksiat atau kemungkaran itu pada yang zahir seperti minum arak, berjudi dan berzina tidak tidak memikirkan mazmumah yang penting untuk dibakar dan dibuang. Sebab itu bermujahadah mengikis mazmumah adalah perlu dan dibuat secara berterusan.
SIKAP SISWA YANG SESUAI DAN TIDAK SESUAI UNTUK MERAIH DAN MEMELIHARA HIDAYAH
A.
SIKAP SESUAI
- Mendengarkan Dakwah/ ceramah agama agar mendapat chaya hidayah dari allah SWT
- Selalu bertasbih untuk mengingat allah selalu.
- menghindari perbuatan yang dilarang, agar dia mendapat selalu hidayah untuk di peliharanya
- selalu menyesali perbuatan buruk yang pernah di lakukannya.
- Tidak berputus asa apabila gagal
- Bersikap sopan santun, sabar, rendah hati, qana’ah
- Hormat kepada orang tua, guru, dan sesame manusia lain
- Tidak takut terhadap apapun kecuali kepada Allah
- Menjalankan kewajibannya dengan baik dan penuh tanggung jawab
- Mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dan panutan hidup.
- Menuntut ilmu dengan sungguh - sungguh
B.
SIKAP TIDAK SESUAI
1.
Tidak mau mendengar nasehat dan
ceramah agama
2.
Mudah berputus asa
3.
Malas
4.
Melakukan hal-hal yang dilarang
Allah
5.
Berakhlak mazmumah dan memiliki
penyakit hati seperti takabbur/ sombong, riya, hasad dan lainnya.
6.
Tidak melaksanakan kewajibannya
dengan baik dan tidak bertanggung jawab atas kewajibannya
7.
Larut terhadap urusan dunia
sedangkan urusan akhirat tidak
dihiraukan.
8.
Tidak bersungguh – sungguh
dalam menuntut ilmu.
9.
Hidayah Dan Taufik Ditarik Semula
Hidayah dan
taufik kalau tidak pandai menjaganya ia akan diambil semula atau akan hilang
semula dari kita. Di waktu itu kita akan hidup terumbang-ambing. Tiada
disiplin, tiada istiqamah, malas beramal, ringan saja dengan maksiat, jiwa
derita dan sengsara walaupun punya kekayaan yang banyak dan serba ada. Di
antara sebab-sebab hidayah dan taufik ditarik balik ialah:
- Kita derhaka dengan guru kita yang pernah memberi tunjuk ajar kepada kita dan lari dari pimpinannya. Di waktu itu kita kehilangan pemimpin. Terumbang-ambinglah hidup kita.
- Derhaka dengan dua ibu bapa. Kita sia-siakan kedua-duanya. Kita biarkan ibu bapa tidak terurus dan terjaga hingga terbiar kehidupan kedua-duanya. Lebih-lebih lagi kalau dia marah atau rasa tidak senang dengan kita.
- Apabila jiwa kita telah terpengaruh dengan dunia, maka dengan ibadah sudah tidak seronok atau telah mula terasa berat mengerjakannya. Maka ia perlahan-lahan luntur dan mula cuai, dengan halal dan haram mula tidak ambil kira,akhirnya takut dengan Tuhan perlahan-lahan dihakis dari hati kita hingga hilang semuanya sekali.
- Menzalim orang lain. Dengan sebab menzalim, rasa takut dengan Tuhan sedikit demi sedikit dicabut. Selepas itu cuai pun datang. Malas beribadah. Kemungkaran dan maksiat sedikit demi sedikit sudah berani dibuat. Begitulah seterusnya hingga hanyut dan tenggelam di dalam maksiat.
- Mula bergaul bebas dengan orang-orang yang tidak menjaga syariat. Kemudian terus terasa seronok dengan kebebasan itu. Kemudian terus terlajak dan sedap dengan perbuatan itu dan selepas itu terus hanyut dengan arus kemungkaran dan maksiat. Takut dengan Tuhan pun lenyap.
Selain
itu hal- hal yang membuat hidayah dicabut adalah
- Zalim
“Apakah
mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka
agama yang tidak diizinkan Allah? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan
(dari Allah) tentulah mereka Telah dibinasakan. dan Sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.“
“Kamu
lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan Karena kejahatan- kejahatan yang
Telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. dan orang-orang yang
beriman serta mengerjakan amal saleh (berada) di dalam taman-taman surga,
mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. yang demikian
itu adalah karunia yang besar.“ (Asy Syura [42]: 21-22)
- Fasiq
“Kamu
memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah
sama saja). kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali,
namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. yang demikian
itu adalah Karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.“ (at Taubah [9]: 80)
“Dan
(Ingatlah) ketika Musa Berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, Mengapa kamu
menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Aku adalah utusan
Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah
memalingkan hati mereka[1473]; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang fasik.“ (Ash
Shaf [61]: 5)
- Lebih Cinta Dunia
“Yang
demikian itu disebabkan Karena Sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia
lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum
yang kafir.”
(an Nahl [16] : 107)
- Kufur (Ingkar)
- Berlebihan
- Tidak berusaha mencari hidayah
- Sesat
“Jika
kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, Maka Sesungguhnya Allah
tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka
tiada mempunyai penolong.” (An Nahl [16]: 37)
- Dusta (bohong)
Naluri
dan hajat ’udwiyyah (kebutuhan fisik) adalah netral sifatnya karena
identik dengan qadlo Allah, jika sesuai dengan hidayah Irsyad wal bayan
maka harus didorong sedangkan jika tidak maka harus ditahan.
Dengan
penjelasan tentang jenis-jenis hidayah di atas, maka kita bisa memahami mengapa
seseorang bisa mendapatkan hidayah dari Allah SWT dan mengapa seseorang tidak
memperoleh hidayah dari Allah SWT.
Oke,
ternyata hidayah itu memang tidak bisa datang dengan sendirinya. Hidayah harus
diusahakan oleh manusia itu sendiri. Jika manusia telah berusaha mencari
hidayah Allah sampai pada kondisi yang Allah inginkan sesuai syarat-syarat
diatas maka Allah akan membantu manusia tersebut untuk memperoleh hidayah-Nya.
Tapi Allah juga mencabut hidayah pada diri seseorang jika kemudian orang itu
berpaling (ingkar) dan menjadi sombong (meremehkan orang lain dan menolak
kebenaran).
KESIMPULAN
Hidayah
Allah SWT memerlukan perjuangan untuk mendapatkannya. Semakin besar perjuangan
dan kesungguhan kita, maka insya Allah kita akan semakin mudah mendapatkannya,
karena semuanya tergantung kepada usaha kita. Hidayah Allah SWT ibarat sinar
matahari yang menyinari seluruh alam ini, dan kita adalah penerima sinar
tersebut. Jika kita membuka diri dengan hati yang bersih maka kita akan mudah
untuk mendapatkan sinar hidayah Allah SWT. Tapi jika kita menutupi hati dan diri
kita dengan kotoran dan hama penyakit hati maka kita akan sulit untuk
mendapatkan sinar hidayah-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar