LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
|
KOROSI
|
KELOMPOK 4
|
ADE EKO SAPUTRA L
DWI REZKY AMALIA
NOVA YULIDA ARIANI
NUR PERMATA SARI
|
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. LATAR BELAKANG MASALAH
b. RUMUSAN MASALAH
c. TUJUAN PENELITIAN
d. MANFAAT PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
a. ALAT DAN BAHAN
b. CARA KERJA
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
a. KESIMPULAN
b. SARAN
BAB
I
PENDAHULUAN
a.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Korosi dalam istilah
sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan.Korosi ini sebenarnya
Merupakan peristiwa oksidasi logam oleh gas oksigen yang ada di udara membentuk
oksidanya. Proses korosi banyak menimbulkan masalah pada barang-barang yang
terbuat dari besi walaupun logam-logam lain (kecuali logam mulia) dapat juga
mengalami korosi.Jadi jelas
korosi dikenal sangat merugikan.
Korosi
merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk
mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah
membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi
merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
Besi
adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam
kehidupan sehari-hari.Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang
sangat mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan
kehilangan nilai jual da fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan
sekaligus membahayakan. Berdasarkan dari asumsi tersebut, percobaan ini
difokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya
pada besi..
Proses perkaratan pada besi dapat
berlanjut terus sampai seluruh bagian dari besi hancur. Hal ini disebabkan
oksida-oksida besi yang terbentuk pada peristiwa awal korosi akan menjadi
katalis (otokatalis) pada peristiwa korosi selanjutnya.
b. RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan
maka beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam laporan ini adalah :
1.
Apa faktor yang mempengaruhi
terjadinya korosi/perkaratan pada besi?
2.
Bagaimana proses terjadinya
perkaratan pada besi?
c. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan
penulisanlaporan ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi (karat) besi.
2.
Untuk mengetahui
paku yang lebih cepat dan banyak perkaratannya
1.
MANFAAT
PENELITIAN
Dengan dilakukannya penelitian ini, maka diharapkan
akan diperoleh manfaat sebagai berikut :
1.
Dapat mengetahui sifat dari berbagai
bahan terhadap besi.
2.
Dapat menambah informasi mengenai
korosi (karat).
3.
Dapat menambah pengetahuan tentang
larutan elektrolit.
4.
Dapat melatih siswa agar terampil
dalam melakukan kegiatan praktikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi redoks
antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi
disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Sebagian orang mengartikan
korosi sebagai karat, yakni sesuatu yang hampir dianggap sebagai musuh umum masyarakat.
Karat (rust) adalah sebutan yang belakangan ini hanya dikhususkan bagi korosi
pada besi, padahal korosi merupakan gejala destruktif yang mempengaruhi hampir
semua logam.Walaupun besi bukan logam pertama yang dimanfaatkan oleh manusia,
tidak perlu diingkari bahwa logam itu paling banyak digunakan, dan karena itu,
paling awal menimbulkan masalah korosi serius. Karena itu tidak mengherankan
bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sinonim (Chamberlain, 1991).
Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron
antara pereaksi, yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Dari sejarahnya,
istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh
suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari
dalam suatu zat. Kemudian pengangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga
kehilangan hidrogen harus disebut dengan oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi
lain dimana baiik oksigen maupun hidrogen yang tidak ambil bagian belum bisa
dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum definisi oksidasi dan
reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan
elektron, disusun orang (Svehla, 1990).
Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan
pendek dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan
lainnya sebagai anoda, dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran electron
menuju besi itu sendiri. Sel elektrokimia terbentuk pada bagian logam dimana
terdapat pengotor atau di daerah yang terkena tekanan (Oxtoby, dkk., 1999).
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi.
Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi
adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang
berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia.
Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di
mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s)<--> Fe2+(aq) +
2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke
bagian lain dari besi itu yang bertindak sebagai katode, di
mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq)
+ 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l)
+ 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya
teroksidasi membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida
terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak
sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada
berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih
perak yang kukuh dan liat. Ia melebur pada suhu 1535oC. Jarang
terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil
karbida, silsida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat
pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Berbeda
dengan tembaga, tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan
liat. Melebur pada 1038o+C. Karena potensial elektroda standarnya
positif, ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990).
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang
merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia
dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah
kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawabesi oksida
atau besi sulfida,
setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja
atau baja paduan.
Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang
menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst
akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan
korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan
oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial
terhadap elektrode
lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam
dapat terkorosi dan kecepatan laju korosi suatu logam. Suatu logam yang sama
belum tentu mengalami kasus korosi yang sama pula pada lingkungan yang berbeda.
Begitu juga dua logam pada kondisi lingkungan yang sama tetapi jenis
materialnya berbeda, belum tentu mengalami korosi yanga sama. Dari hal
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi korosi suatu logam, yaitu faktor metalurgi dan faktor lingkungan.
1.
Faktor Metalurgi
Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat
tahan terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu
kondisi, jenis korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang
dapat menyebabkan terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang
termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
a.
Jenis logam dan paduannya
Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi.Sebagai
contoh, aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air
biasa, sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah
terkorosi.
b.
Morfologi dan homogenitas
Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan
tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yang berbeda-beda pada
tiap daerahnya.
c.
Perlakuan panas
Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau perubahan
fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C terhadap baja
tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida pada batas
butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja
tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment menghasilkan tegangan
sisa. Bila tegangan sisa tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu
terjadinya korosi retak tegang.
d.
Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan
Merupakan suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang baik setelah
proses fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah fabrikasi memiliki
tegangan sisa atau endapan inklusi maka memudahkan terjadinya retak.
2.
Faktor Lingkungan
Faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a.
Komposisi kimia
Ion-ion
tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis korosi yang
berbeda-beda.Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat korosif yang
berbeda dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif mengakibatkan
korosi.Gambar berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen paduan terhadap
ketahan korosi terhadap paduan tembaga.
b.
Konsentrasi
Konsentrasi
dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi kecepatan korosi yang
terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada laju korosi yang berbeda
dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau pekat, dimana pada larutan
encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam H2SO4 pekat. Pengaruh konsentrasi
terhadap laju korosi dapat dilihat pada gambar berikut.
Suatu logam yang berada pada lingkungan dengan kandungan O2 yang berbeda akan
terbagi menjadi dua bagian yaitu katodik dan anodik. Daerah anodik terbentuk
pada media dengan konsentrasi O2 yang rendah dan katodik terbentuk pada media
dengan konsentrasi O2 yang tinggi.
c.
Temperatur
Pada
lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika
reaksi kimia akan meningkat.
Gambar berikut
menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju korosi pada Fe. Semakin tinggi
temperatur, maka laju korosi akan semakin meningkat, namun menurunkan kelarutan
oksigen. Sehingga pada suatu sistem terbuka, diatas suhu 800C, laju korosi akan
mengalami penurunan karena oksigen akan keluar sedangkan pada suatu sistem tertutup,
laju korosi akan terus menigkat karena adanya oksigen yang terlarut.
d. Gas, cair atau padat
Kandungan kimia di medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada gas,
bila lingkungan mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi (contohnya
pada pabrik pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium tersebut juga
dapat berbeda-beda.Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak dapat
dilakukan, sedangkan pada medium cair dan padat memungkinkan untuk dilakukan
proteksi katodik.
e.
Kondisi biologis
Mikroorganisme seperti bakteri dan jamur dapat menyebabkan terjadinya korosi
mikrobial terutama sekali pada material yang terletak di tanah.Keberadaan
mikroorganisme sangat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang mempengaruhi
kecepatan korosi pada suatu material.
Mengapa
larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan
nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik?Penjelasan tentang
permasalahan di atas pertama kali dikemukakan oleh Svante August Arrhenius
(1859 – 1927) dari Swedia saat presentasi disertasi PhD-nya di Universitas Uppsala tahun
1884.
Menurut Arrhenius, zat
elektrolit dalam larutannya akan terurai menjadi partikel-partikel yang berupa
atom atau gugus atom yang bermuatan listrik yang dinamakan ion. Ion yang
bermuatan positif disebut kation, dan ion yang bermuatan negatif dinamakan
anion.
Peristiwa
terurainya suatu elektrolit menjadi ion-ionnya disebut proses ionisasi. Ion-ion
zat elektrolit tersebut selalu bergerak bebas dan ion-ion inilah yang
sebenarnya menghantarkan arus listrik melalui larutannya.Sedangkan zat
nonelektrolit ketika dilarutkan dalam air tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi
tetap dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan listrik.
Hal inilah
yang menyebabkan larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan listrik. Dari
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan:
1. Larutan
elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena zat elektrolit dalam
larutannya terurai menjadi ion-ion bermuatan listrik dan ion-ion tersebut
selalu bergerak bebas.
2. Larutan
nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat nonelektrolit
dalam larutannya tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk
molekul yang tidak bermuatan listrik. Zat elektrolit adalah zat yang dalam
bentuk larutannya dapat menghantarkan arus listrik karena telah terionisasi
menjadi ion-ion bermuatan listrik.Zat nonelektrolit adalah zat yang dalam
bentuk larutannya tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak
terionisasi menjadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
a. ALAT DAN BAHAN
-
Gelas plastic bening
sebanyak 8 buah
-
Paku besi yang tidak
berkarat sebanyak 8 buah
-
Plastic bening
-
Karet gelang
-
Larutan cuka
-
air
b. CARA KERJA
1. susunlah
rangkaian percobaan dengan 8 buah gelas plastic seperti gambar berikut :
2.
Amati keadaan paku
setiap hari selama 2 minggu
3.
Catatlah setiap
perubahan yang terjadi
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
PENGKONDISIAN
OBJEK :
Label gelas
|
Pengkondisian
|
A
|
Paku
diletakkan di dalam gelas terbuka (tanpa air)
|
B
|
Paku
diletakkan di dalam gelas terbuka berisi air dan paku dibiarkan tenggelam
sepenuhnya.
|
C
|
Paku
diletakkan di dalam gelas terbuka berisi air, tetapi posisi paku diatur
sedemikian rupa sehingga paku hanya terendam sebagian.
|
D
|
Paku
diletakkan dalam gelas terbuka berisi larutan cuka (CH3COO), dan
paku dibiarkan dalam keadaan tenggelam
|
E
|
Paku
diletakkan dalam gelas kosong yang tertutup
|
F
|
Paku
diletakkan dalam gelas tertutup berisi air dan paku dibiarkan tenggelam.
|
G
|
Paku
diletakkan dalam gelas tertutup berisi air, akan tetapi posisi paku diatur
sedemikian rupa sehingga paku hanya terendam sebagian.
|
H
|
Paku
diletakkan dalam gelas tertutup berisi larutan cuka (CH3COO).
|
HARI KE-1
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Tidak
terjadi perkaratan pada paku. Tidak terjadi perubahan apapun.
|
G.
B
|
Terjadi
sedikit perkaratan. Sebagian karat menempel pada paku dan sebagian lagi larut
dalam air. Warna air mulai berubah menjadi kuning kecoklatan.
|
G.
C
|
Mulai
terjadi perkaratan pada bagian yang terendam air, sedangkan bagian yang tidak
terendam masih dalam kondisi awalnya. Air mulai berubah menjadi kekuningan
|
G.
D
|
Tidak
terjadi perkaratan. Air cuka masih dalam keadaan bening.
|
G.
E
|
Tidak
terjadi perkaratan. Paku masih dalam kondisi awalnya.
|
G.
F
|
Mulai
terjadi perkaratan. Sebagian karat menempel pada paku, dan sebagian lagi
larut dalam air. Air mulai berubah menjadi kuning kecoklatan, tetapi warna
air lebih muda jika dibandingkan dengan gelas B
|
G.
G
|
Terjadi
sedikit perkaratan pada bagian yang terendam. Air berubah menjadi bening,
tetapi warna air tersebut lebih muda jika dibandingkan gelang gelas C.
|
G.
H
|
Tidak
terjadi perkaratan. Paku terlihat sangat bersih dan seperti baru. Paku
terlihat lebih bersih daripada paku pada paku pada gelas D.
|
HARI KE-2
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Mulai
terjadi sedikit perkaratan pada paku.
|
G.
B
|
Karat
semakin banyak. Warna air semakin menua (mendekati coklat muda)
|
G.
C
|
Karat
pada bagian yang terendam semakin banyak, tetapi bagian yang terendam belum
mengalami perkaratan.
|
G.
D
|
Paku
terlihat makin bersih dibanding hari sebelumnya.
|
G.
E
|
Mulai
terjadi sedikit perkaratan
|
G.
F
|
Karat
semakin banyak, tetapi karat tersebut lebih banyak yang larut dalam air
dibanding dengan yang menempel di paku. Warna airnya sudah mencapai coklat bahkan lebih coklat
jika dibandingkan dengan warna air pada gelas B.
|
G.
G
|
Hanya
bagian yang terendam yang mengalami perkaratan dan jumlah karat mulai
bertambah dibanding hari sebelumnya. Bagian yang tidak terendam belum
mengalami perkaratan.
|
G.
H
|
Paku
terlihat semakin bersih disbanding hari sebelumnya.
|
HARI
KE-3
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Bercak-bercak
karat mulai terlihat semakin jelas pada paku.
|
G.
B
|
Warna
air semakin coklat. Karat pada paku semakin banyak. Terlihat sedikit endapan
karat pada dasar gelas.
|
G.
C
|
Pada
bagian yang terendam karat semakin banyak dan warna air terlihat semakin tua
karena karat yang larut dalam air semakin banyak. Pada bagian yang tidak
terendam mulai tampak sedikit bercak-bercak karat.
|
G.
D
|
Paku
terlihat semakin bersih dan warnanya terlihat sedikit mengalami penuaan
(menjadi abu-abu kehitaman).
|
G.
E
|
Bercak-bercak
karat mulai tampak jelas pada paku.
|
G.
F
|
Karat
semakin bertambah banyak. Karat yang larut di dalam air juga semakin banyak.
Warna air semakin tua dan terlihat sedikit endapan karat pada dasar gelas.
|
G.
G
|
Bagian
yang tidak terendam sudah mulai mengalami sedikit perkaratan. Pada bagian
yang terendam, karat semakin banyak sehingga menyebabkan air semakin berwarna
coklat.
|
G.
H
|
Paku
terlihat semakin bersih dan menghitam.
|
HARI
KE-4
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Karat
mulai menyebar hampir keseluruh bagian paku, tetapi masih berupa
bercak-bercak.
|
G.
B
|
Karat
semakin banyak. Warna air semakin coklat. Endapan karat di dasar gelas mulai bertambah.
|
G.
C
|
Karat
yang menempel pada paku yang terendam maupun karat yang larut dalam air
semakin bertambah banyak. Warna air semakin mencoklat. Pada bagian yang tidak
terendam pertambahan karat juga terjadi.
|
G.
D
|
Paku
terlihat semakin hitam dan bersih. Tak ada ditemukan karat.
|
G.
E
|
Karat
bertambah banyak dan menyebar keseluruh bagian paku. Namun tidak terlalu
jelas terlihat karena masih berupa bercak-bercak.
|
G.
F
|
Air
semakin coklat dan terlihat mulai memekat. Endapan pada dasar gelas juga
semakin banyak.
|
G.
G
|
Pada
bagian yang tidak terendam karat mulai semakin tampak. Pada bagian yang
terendam karat semakin banyak dan karat yang larut dalam air pun juga semakin
banyak, mulai terlihat sedikit endapan karat pada dasar gelas.
|
G.
H
|
Paku
semakin menghitam. Tidak ditemukan adanya karat.
|
HARI
KE-5
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Karat
terlihat semakin jelas dan semakin banyak
|
G.
B
|
Karat
semakin banyak. Warna air semakin coklat dan air mulai terlihat memekat.
endapan pada dasar gelas semakin banyak.
|
G.
C
|
Karat
pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam semakin bertambah
banyak. Air mulai sedikit memekat. Warna air semakin coklat. Endapan pada
dasar gelas sudah terlihat.
|
G.
D
|
Paku
semakin menghitam. Tidak ditemukan adanya karat. Air cuka tetap bening.
|
G.
E
|
Karat
mulai bertambah dan terlihat semakin jelas.
|
G.
F
|
Karat
semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat. Air mulai terlihat
memekat. Endapan pada dasar gelas semakin bertambah.
|
G.
G
|
Pertambaha
karat terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Air
semakin coklat dan endapan pada dasar gelas mulai semakin tampak. Air mulai
sedikit memekat.
|
G.
H
|
Paku
terlihat makin hitam. Tak ada karat.
|
HARI
KE-6
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Karat
semakin banyak
|
G.
B
|
Karat
semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat dan air mulai terlihat
semakin memekat. Andapan pada dasar gelas juga semakin banyak.
|
G.
C
|
Karat
pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam semakin bertambah
banyak. Air mulai semakin memekat. Warna air semakin coklat dan terlihat
kotor. Endapan pada dasar gelas mulai bertambah.
|
G.
D
|
Paku
semakin menghitam dan bertambah bersih
|
G.
E
|
Karat
semakin jelas dan bertambah pada seluruh bagian paku
|
G.
F
|
Karat
semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat dan terlihat kotor. Air
mulai memekat. Endapan pada dasar gelas semakin bertambah.
|
G.
G
|
Perkaratan
semakin bertambah pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Air
semakin coklat. Endapan juga terlihat semakin banyak. Air memekat.
|
G.
H
|
Paku
terlihat semain bersih dan semakin hitam.
|
HARI
KE-7
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Karat
terlihat semakin banyak pada seluruh permukaan paku, tetapi karat yang
terbentuk ini masih berupa lapisan tipis.
|
G.
B
|
Karat
semakin bertambah banyak dan warna air semakin coklat serta air mulai
terlihat semakin memekat. Andapan pada dasar gelas juga semakin banyak.
Selain itu, paku mulai terlihat keropos.
|
G.
C
|
Karat
pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam semakin bertambah
banyak. Air semakin memekat. Warna air semakin coklat dan tampak kotor.
Endapan pada dasar gelas semakin bertambah.
|
G.
D
|
Paku
terlihat semakin bersih dan warnanya juga menjadi semakin hitam
|
G.
E
|
Paku
semakin terlihat jelas dan juga bertambah banyak
|
G.
F
|
Karat
semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat dan terlihat kotor. Air
mulai memekat. Endapan pada dasar gelas semakin bertambah. Paku terlihat
mulai keropos.
|
G.
G
|
Perkaratan
semakin bertambah pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Air
semakin coklat dan nampak kotor. Endapan juga terlihat semakin banyak. Air
semakin pekat.
|
G.
H
|
Paku
mengitam dan tak ditemukan karat.
|
HARI
KE-8
KEADAAN OBJEK YANG
DIAMATI
|
|
G. A
|
Karat terlihat
semakin banyak dan membentuk lapisan yang cukup tebal pada beberapa bagian
paku
|
G. B
|
Karat semakin
bertambah banyak. Warna air semakin coklat dan air semakin pekat. Endapan
karat pada dasar gelas juga bertambah tebal. Paku terlihat semakin keropos.
|
G. C
|
Karat pada bagian
yang terendam maupun yang tidak terendam semakin bertambah banyak dari hari
sebelumnya. Air terlihat semakin pekat. Warna air semakin coklat dan tampak
kotor. Endapan pada dasar gelas semakin bertambah banyak dan tebal. Paku
semakin keropos.
|
G. D
|
Warna paku terlihat
semakin hitam dari hari sebelumnya. Tak ada karat.
|
G. E
|
Karat pada paku
semakin banyak dan membentuk lapisan yang agak tebal pada beberapa bagian
paku
|
G. F
|
Karat semakin
bertambah banyak pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Warna
air semakin coklat dan kotor. Endapan
karat semakin banyak. Paku terlihat semakin keropos.
|
G. G
|
Perkaratan terjadi
pada seluruh bagian paku, baik yang teendam maupun yang tidak terendam. Air
semakin coklat, pekat dan tampak kotor. Endapan semakin banyak. Paku keropos.
|
G. H
|
Warna paku semakin
hitam dan tak ada karat.
|
HARI
KE-9
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Karat
semakin bertambah banyak dan membentuk lebih banyak lapisan yang cukup tebal
pada sebagian permukaan paku
|
G.
B
|
Karat
terus bertambah banyak. Warna air semakin coklat, pekat dan tampak kotor.
Volume air mulai jelas berkurang karena mengalami penguapan. Endapan karat di
dasar gelas terlihat semakin banyak. Paku terlihat semakin keropos.
|
G.
C
|
Perkaratan
terus terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Air
semakin berwarna coklat, pekat, dan kotor. Volume air juga mulai jelas
terlihat berkurang karena terjadi penguapan. Endapan di dasar gelas juga
semakin bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos.
|
G.
D
|
Paku
semakin menghitam. Tak ada karat, tetapi air cuka mulai tampak sedikit
kekuningan.
|
G.
E
|
Karat
semakin bertambah banyak pada hampir seluruh permukaan paku, dan pada
beberapa bagian membentuk lapisan yang cukup tebal.
|
G.
F
|
Karat
semakin bertambah banyak. Warna air semakin mencoklat. Volume air jelas
terlihat berkurang. Paku semakin keropos. Endapan pada dasar gelas semakin
banyak, air semakin pekat dan terlihat semakin kotor.
|
G.
G
|
Perkaratan
terus terjadi dan karat terus bertambah banyak. Paku terlihat semakin keropos
terutama bagian yang terendam. Warna air semakin coklat, air juga semakin
pekat dan kotor. Endapa pada dasar
gelas juga semakin bertambah
|
G.
H
|
Paku
semakin hitam. Tidak ada karat. Air cuka berwarna kekuningan.
|
HARI
KE-10
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Karat
semakin banyak dan menutupi hampir seluruh permukaan paku, membentuk lapisan
tipis maupun lapisan yang agak tebal.
|
G.
B
|
Karat
terus bertambah banyak. Warna air semakin coklat, pekat dan tampak kotor.
Volume air semakin jelas berkurang. Endapan karat di dasar gelas terlihat
semakin banyak. Paku terlihat semakin keropos.
|
G.
C
|
Perkaratan
terus terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Air
semakin berwarna coklat, pekat, dan kotor. Volume semakin jelas terlihat
berkurang karena penguapan. Endapan di dasar gelas juga semakin bertambah
banyak. Paku nampak sangat keropos.
|
G.
D
|
Paku
semakin hitam, tetapi warna cuka menjadi lebih kuning dibanding hari
sebelumnya.
|
G.
E
|
Karat
semakin banyak pada hampir seluruh permukaan paku.
|
G.
F
|
Karat
semakin bertambah banyak. Warna air semakin mencoklat. Volume air jelas
terlihat berkurang. Paku semakin keropos. Endapan pada dasar gelas semakin banyak,
air semakin pekat dan terlihat semakin kotor.
|
G.
G
|
Perkaratan
terus terjadi dan karat terus bertambah banyak. Paku terlihat semakin keropos
terutama bagian yang terendam. Warna air semakin coklat, air juga semakin
pekat dan kotor. Endapan pada dasar
gelas juga semakin bertambah dan membentuk lapisan tebal.
|
G.
H
|
Paku
semakin menghitam, dan air cuka bertambah kuning.
|
HARI
KE-11
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Karat
semakin banyak dan menutupi hampir seluruh permukaan paku, membentuk lapisan tipis
maupun lapisan yang cukup tebal pada beberapa bagian.
|
G.
B
|
Karat
terus bertambah banyak. Warna air semakin coklat, pekat dan tampak kotor.
Volume air semakin berkurang dan volumenya hanya setengah dari volume awal.
Endapan karat di dasar gelas terlihat semakin banyak. Paku terlihat semakin
keropos.
|
G.
C
|
Perkaratan
terus terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Air
semakin berwarna coklat, pekat, dan kotor. Volume air terus berkurang dan
hanya tinggal setengah volume awal. Endapan di dasar gelas juga semakin
bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos.
|
G.
D
|
Paku
terlihat semakin hitam dan air cuka terlihat semakin kuning. Volume air cuka
tinggal ¼ volume.
|
G.
E
|
Karat
semakin banyak bahkan hampir menutupi seluruh permukaan paku
|
G.
F
|
Karat
semakin bertambah banyak. Warna air semakin mencoklat. Volume air jelas
terlihat berkurang. Paku semakin keropos. Endapan seperti tanah pada dasar
gelas semakin banyak, air semakin pekat dan terlihat semakin kotor .
|
G.
G
|
Perkaratan
terus terjadi dan karat terus bertambah banyak. Paku terlihat semakin keropos
terutama bagian yang terendam. Warna air semakin coklat, air juga semakin
pekat dan kotor. Endapan pada dasar
gelas juga semakin bertambah dan membentuk lapisan tebal.
|
G.
H
|
Paku
semakin menghitam dan air cuka berwarna semakin kuning. Volume air sangat
berkurang hinggi tersisa ¼ dari volume awal.
|
HARI
KE-12
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Karat
semakin bertambah, hampir meliputi seluruh permukaan paku dan lapisan
tipisnya juga sudah mulai mengalami penebalan.
|
G.
B
|
Karat
semakin bertambah banyak. Warna air semakin coklat menyerupai tanah, air
terlihat sangat pekat, dan terlihat sangat kotor. Endapan menyerupai tanah
pun juga semakin banyak pada dasar gelas. Paku terlihat semakin keropos
bahkan paku sangat jelas terlihat mengecil disbanding ukuran awalnya. Volume
air terus mengalami pengurangan.
|
G.
C
|
Perkaratan
terus terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Air
semakin berwarna coklat seperti tanah, sangat pekat, dan kotor. Volume air
terus berkurang dan hanya tinggal setengah volume awal. Endapan di dasar
gelas juga semakin bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos dan mengecil.
|
G.
D
|
Paku
terlihat semakin hitam dan warna air cuka terlihat semakin kuning. Volume air
cuka terus mengalami pengurangan sehingga ada sebagian paku yang tidak
tenggelam lagi, bagian yang tidak tenggelam ini langsung mengalami perkaratan
dengan sangat cepat.
|
G.
E
|
Karat
menutupi seluruh permukaan paku, tetapi kebanyakan masih berupa lapisan
tipis, hanya pada permukaan tertentu saja karat menebal.
|
G.
F
|
Karat
terus mengalami pertambahan sementara volume air da volume paku terus
mengalami pengurangan. Air semakin pekat dan menyerupai air tanah dan sangat
kotor. Endapan pada dasa juga semakin banyak.
|
G.
G
|
Perkaratan
juga terus mengalami penambahan. Air semakin pekat, bertambah coklat
menyerupai air tanah dan terbentuk endapan seperti tanah pada dasar gelas.
Volume paku mengalami pengurangan sehingga paku terlihat lebih kecil terutama
pada bagian yang terendam.
|
G.
H
|
Paku
semakin hitam, dan air terus bertambah kuning. Volume air mengalami
pengurangan karena menguap mngakibatkan sebagian batang paku tdak terendam
lagi, tak lama setelah itu, bagian yang muncul ke permukaan tersebut langsung
mengalami perkaratan dengan sangat cepat.
|
HARI
KE-13
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Karat semakin
bertambah, lapisan tipisnya juga sudah mengalami penebalan dan merata hampir
ke seluruh permukaan paku.
|
G.
B
|
Karat semakin
bertambah banyak. Warna air semakin coklat menyerupai tanah, air terlihat
sangat pekat, dan terlihat sangat kotor. Endapan menyerupai tanah pun juga
semakin banyak pada dasar gelas. Paku terlihat semakin keropos bahkan paku
sangat jelas terlihat mengecil disbanding ukuran awalnya. Volume air terus
mengalami pengurangan.
|
G.
C
|
Perkaratan terus
terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Air semakin
berwarna coklat seperti tanah, sangat pekat, dan kotor. Volume air terus
berkurang dan hanya tinggal setengah volume awal. Endapan di dasar gelas juga
semakin bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos dan mengecil.
|
G.
D
|
Bagian paku yang
muncul ke permukaan mengalami perkaratan yang sangat cepat. Karat yang muncul
berlapis lapis dan sangat tebal. Karat tersebut mulai menjalar ke bagian yang
masih terendam dalam larutan cuka dan menyebabkan warna larutan tersebut
hampir serupa dengan tanah.
|
G.
E
|
Karat menutupi
seluruh permukaan paku, tetapi kebanyakan masih berupa lapisan tipis, hanya
pada permukaan tertentu saja karat menebal.
|
G.
F
|
Karat terus
mengalami pertambahan sementara volume air da volume paku terus mengalami
pengurangan. Air semakin pekat dan menyerupai air tanah dan sangat kotor.
Endapan pada dasa juga semakin banyak.
|
G.
G
|
Perkaratan juga
terus mengalami penambahan. Air semakin pekat, bertambah coklat menyerupai
air tanah dan terbentuk endapan seperti tanah pada dasar gelas. Volume paku
mengalami pengurangan sehingga paku terlihat lebih kecil terutama pada bagian
yang terendam.
|
G.
H
|
Bagian yang muncul
kepermukaan pada gelas ini juga mengalami hal yang serupa dengan apa yang
terjadi pada gelas D. Karat yang muncul secara cepat dan tiba-tiba ini justru
merupakan karat yang paling tebal dan membuat paku paling cepat keropos.
Karat mulai menjalar keseluruh bagian paku termasuk ke bagian yang masih
terendam. Akibatnya larutan cuka itu pun juga berubah menjadi larutan yang
berwarna seperti tanah.
|
HARI
KE-14
KEADAAN
OBJEK YANG DIAMATI
|
|
G.
A
|
Karat semakin
bertambah, lapisan tipisnya juga sudah mengalami penebalan dan merata hampir
ke seluruh permukaan paku. Warna paku keseluruha berubah menjadi coklat
oranye.
|
G.
B
|
Karat semakin
bertambah banyak dan membentuk gumpalan-gumpalan padat. Warna air semakin
coklat menyerupai tanah, air terlihat sangat pekat, dan terlihat sangat
kotor. Endapan menyerupai tanah pun juga semakin banyak pada dasar gelas.
Paku terlihat semakin keropos bahkan paku sangat jelas terlihat mengecil dibanding
ukuran awalnya. Volume air terus mengalami pengurangan, bahka terlihat mulai
mengering.
|
G.
C
|
Perkaratan terus
terjadi pada bagian yang terendam maupun yang tidak terendam. Air semakin
berwarna coklat seperti tanah, sangat pekat, dan sangat kotor. Volume air
terus berkurang dan hampir mengering. Endapan di dasar gelas juga semakin
bertambah banyak. Paku nampak sangat keropos dan mengecil.
|
G.
D
|
Karat yang sangat
tebal terbetuk pada seluruh permukaan paku. Karat ini berlapis lapis sehingga
membuat baku terlihat besar tetapi sangat keropos. Air cuka berubah menjadi
laruta karat yang lebih mendekati larutan tanah. Karatnya jauh lebih kotor
dibandingkan karat pada gelas biasa berisi air.
|
G.
E
|
Karat menutupi
seluruh permukaan paku, tetapi kebanyakan masih berupa lapisan tipis, hanya
pada permukaan tertentu saja karat menebal.
|
G.
F
|
Karat terus
mengalami pertambahan sementara volume air da volume paku terus mengalami
pengurangan. Air semakin pekat dan menyerupai air tanah dan sangat kotor.
Endapan pada dasar gelas juga semakin banyak dan memadat.
|
G.
G
|
Perkaratan juga
terus mengalami penambahan. Air semakin pekat, bertambah coklat menyerupai
air tanah dan terbentuk endapan seperti tanah pada dasar gelas. Volume paku
mengalami pengurangan sehingga paku terlihat lebih kecil terutama pada bagian
yang terendam.
|
G.
H
|
Karat terus
bertambah banyak dan terus menebal membentuk lapisan tebal pada seluruh
permukaan paku. Karat yang terbetuk berwarna sangat tua dan paku yang
mengalami perkaratan menjadi sangat keropos bahkan beberapa bagian paku sudah
hancur.
|
B. PEMBAHASAN
Korosi merupakan proses rusaknya benda-benda,
terutama logam yang disebabkan oleh reaksi kimia atau elektrokimia logam
tersebut dengan lingkungannya. Contoh korosi yang paling sering terjadi adalah
perkaratan besi, yaitu suatu reaksi kimia kompleks yang di dalamnya besi
bergabung dengan oksigen dan air membentuk besi oksida yang terhidrasi (Fe2O3.nH2)
. Proses perkaratan besi merupakan proses elektrokimia, yaitu oksidasi besi
oleh oksigen yang berasal dari udara dan reduksi oksigen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi :
1. Oksigen
Oksigen berperan dalam proses korosi karena oksigen mengalami reduksi
pada bagian besi yang bertindak sebagai katode. Berdasarkan hal ini, maka
semakin banyak oksigen di suatu tenmpat maka akan semakin cepat korosi besi
(logam) di dalamnya terjadi.
2. Air dan kelembaban udara
Seperti halnya oksigen, air juga berperan dalam proses korosi. Semakin
sering logam (besi) terkena air, maka akan semakin cepat logam tersebut
mengalami korosi. Selain itu, keberadaan uap air di udara yang dinyatakan
dengan kelembaban juga mempengaruhi korosi besi. Dalam hal ini, udara yang
banyak mengandung uap air (udara yang lembab) akan mempercepat korosi.
3. Zat elektrolit
Zat-zat elektrolit, terutama asam dan garam merupakan zat yang dapat
mempercepat korosi logam. Sebagai contoh, hujan asam dapat memicu proses korosi
pada beberapa peralatan yang terbuat dari logam, begitu juga dengan air laut
yang mengandung garam dapat memicu terjadinya korosi pada badan kapal yang
terbuat dari logam.
Untuk menyelidiki lebih lanjut tentang perkaratan
besi tersebut dan juga menyelidiki faktor-faktor (oksigen, air dan keelektrolitan) yang mempengaruhinya serta membuktikan kebenaran teori yang kami
dapat, kami melakukan
penelitian selama 14 hari dengan membuat 8 kondisi berbeda pada masing masing
gelas. Pengkondisian tersebut adalah sebagai berikut :
Label
gelas
|
Pengkondisian
|
A
|
Paku
diletakkan di dalam gelas terbuka (tanpa air)
|
B
|
Paku
diletakkan di dalam gelas terbuka berisi air dan paku dibiarkan tenggelam
sepenuhnya.
|
C
|
Paku
diletakkan di dalam gelas terbuka berisi air, tetapi posisi paku diatur
sedemikian rupa sehingga paku hanya terendam sebagian.
|
D
|
Paku
diletakkan dalam gelas terbuka berisi larutan cuka (CH3COO-),
dan paku dibiarkan dalam keadaan tenggelam
|
E
|
Paku
diletakkan dalam gelas kosong yang tertutup
|
F
|
Paku
diletakkan dalam gelas tertutup berisi air dan paku dibiarkan tenggelam.
|
G
|
Paku diletakkan
dalam gelas tertutup berisi air, akan tetapi posisi paku diatur sedemikian
rupa sehingga paku hanya terendam sebagian.
|
H
|
Paku
diletakkan dalam gelas tertutup berisi larutan cuka (CH3COO-).
|
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan mengenai
korosi. Kami menemukan bahwa dalam proses korosi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a)
Keberadaan oksigen (O2)
b)
Keberadaan H2O
c)
Keelektrolitan larutan
Pengaruh factor-faktor tersebut kami simpulkan
dengan mengamati tingkat keparahan karat pada masing masing gelas yang telah
dikondisikan berbeda tersebut.
Pada hari 1-11 perkaratan paling parah terjadi
pada paku yang direndam dalam air di gelas yang terbuka. Hal ini jelas
menunjukkan bahwa kombinasi antara air dan oksigen akan lebih memberikan efek
yang lebih signifikan daripada keberadaan O2 saja atau H2O
saja.
Dalam penelitian ini, kami menemukan sedikit
ketidak sesuaian antara teori dan data yang kami peroleh.Ketidaksesuaian ini
adalah tentang pengaruh asam terdapat korosi. Dalam teori disebutkan bahwa asam
akan mempercepat korosi, akan tetapi pada pengamatan kami dari hari ke-1 hingga
ke-11 menunjukkan bahwa paku yang direndam dalam air cuka (asam) justru tidak
mengalami perkaratan sama sekali. Paku yang direndam dalam air cuka terlihat
lebih bersih dari sebelum dilakukan perendaman dan terlihat semakin hitam dari
hari ke hari.Hal ini jelas bertentangan dengan berbagai teori yang telah
dikemukakandan hal itu sempat membuat kami berkesimpulan bahwa teori yang kami
baca tentang pengaruh asam terhadap perkaratan tersebut adalah salah.
Akan tetapi pemikiran kami seketika berubah
ketika volume cuka sudah mulai menyurut dan menyebabkan sebagian batang paku
muncul kepermukaan (tidak lagi terendam). Paku yang muncul ke permukaan
tersebut hanya dalam beberapa jam saja sudah mengalami perkaratan yang cukup
parah. Perkaratan tersebut semakin bertambah parah dan bahkan membentuk suatu
lapisan karat yang tebal untuk hari-hari selanjutnya hingga akhir hari penelitian
(hari ke-14) dan jauh melebihi karat pada paku yang direndam di air biasa. Hal
ini membuat kami mengetahui bahwa asam akan sangat mempercepat korosi apabila
ia telah berinteraksi dengan O2, dan akan mencegah korosi apabila ia
tidak berinteraksi dengan O2.
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Korosi adalah
proses suatu logam mengalami reaksi oksidasi di udara bebas. Korosi juga
merupakan reaksi redoks antara logam dengan zat yang ada di sekitarnya dan
menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki. Senyawa tersebut biasanya berupa
oksida logam atau logam karbonat.
2.
Faktor yang
menyebabkan terjadinya korosi :
ü Oksigen
ü Air
ü Keektrolitan
larutan
ü Permukaan
logam
ü Sel
elektrokimia
B.
SARAN
Adapun saran
yang dapat kami berikan, yakni:
- Dalam melakukan percobaan, sebaiknya kelompok tersebut memiliki kerjasama
yang kompak. Jangan ada saling ketergantungan antara satu sama lain.
- Sediakan alat dan bahan dengan lengkap.
- Jangan lalai dengan kewajibannya untuk mengamati dan mencatat perubahan
yang terjadi pada gelas setiap hari
- Ikuti petunjuk yang berlaku.
- untuk mencegah dan mengatasi korosi sebaiknya melakukan pelapisan misalnya dengan cat untuk mencegah kontak dengan O2 & H2O, menggunakan perlindungan katode dengan menggunakan logam lain yang lebih reaktif sebagai pelindung logam/ sebagai korban, menyuplai listrik dari luar dan menggunakan perlindungan anode dengan menyuplai arus anodik dari luar dengan alat potensiostat.
1 komentar:
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
Terjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
1.
Coagulan, nutrisi dan bakteri
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Degreaser & Floor Cleaner Plant
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik)
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Disinfectant
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Packaging
Pallet
CAT COLD GALVANIZE COMPOUND K 404 CG
Almunium
Posting Komentar