Sebelumnya aku udah pernah ngepost cerita ini, namun terlalu singkat dan
gak selesai. Yah maklum, ini adalah proyek bahari
kala yang tlah tertunda karena saat itu aku kehilangan fokus dan inspirasi
nie cerita, trus lupa nyimpan file nya kemana. Tapii, beberapa hari yang lau
aku nemu nie file... langsung deh ku upload seadanya. Rencananya sih aku mo
lanjutin nanti-nati ajah daaaaaan penginnya jadiin Fanfiction , but still aku masih belum dapet feel siapa cast yang
cocok buat jadi pemeran dalam proyek inih... but my friends dah baca nie cerita
n suka (#somplak-seneng-banget) awalnya katanya mereka dapet feel ketika baca
nie cerita *cieelah ... but sedikit kecewa karena belum selesai dan ceritanya
gantung. Yah anggap yg kemarin adalah trailer-nya
ya..ya..ya!!!! *pisss
Atas kritik n saran mereka semangatku muncul buat nglanjutin nie cerita
dengan permak dan operasi di sana sini....
Okeh deh langsung aja yah.... baca
Tapi sebelumnya mohon maaf *membungkuk-90-derajat kalo ada salah dan khilaf dalam setiap
kata-kata yang tertulis di sana itu semata-mata kesalahan aku yang masih sangat
amtir dalam dunia karang mengarang ini.
Buat yang sudah ngebaca nie cerita aku ngucapin terima kasih
sedalam-dalamnya. Daaaan mohooooooooooon beribu mohon kalo bisa kasih kritik dan
saran untuk membangun ke arah yang lebih baik demi kemaslahatan bersama
*huaa.... bahasanya....
Ih daripada aku banyak bacot gak jelas banget langsung cekidot.......
HAPPY READING......... DON’T FORGET TO GIVE ME COMMENT AND CRITIC... I NEED YOUR RESPOND FRIEND.....
OKAH...OKAH...OKAH...
PRINCE CHARMING IS MY BROTHER
BY NUR PERMATA SARI
GENRE : ROMANCE,
FAMILY, FRIENDSHIP
Cast : Araena Pratama
“Rena”
Radit Prasetya “Radit”
Nia Prayogo “Nia”
Heni Wijaya “Mama Rena”
Heri Sudiro “Om Heri”
Dimas Prayogo “ Papa Nia”
Leiza Prayogo “Mama Nia”
Langit begitu cerah, angin
semilir berlalu menabrak helai-helai rambut yang terurai panjang. Bunga-bunga
menari di sekelilingku. Aku duduk termenung di tengah-tengah rumput yang
bergoyang. Seberkas cahaya datang di balik pohon yang rindang. Kulihat sosok
yang berwarna putih dan tinggi perlahan mendekat ke arahku. Aku seperti
tersihir, jantungku berdebar kencang secepat kuda yang berlari di arena balap.
Semakin kupandang semakin dekat semakin jelas, aku pun terpana.
“ Siapakah dia? Apakah dia
pangeran ataukah ….. ” desahku pelan.
Dia semakin mendekat
sembari menyungingkan senyuman, senyuman yang sangat manis. Akhirnya ia
benar-benar berada tepat di hadapanku. Aku semakin menyadari ia benar-benar
tampan. Bola mataku melebar ketika
wajahnya semakin mendekat ke arah wajahku. Sekejap pipiku terasa panas, darahku
berdesir dengan hebatnya. Akupun segera menutup kedua mataku seraya
mencondongkan mukaku ke arahnya hingga wajah kami semakin mendekat, hingga kurasakan
tubuhku tergoncang. Aku segera membuka mata. Tiba-tiba langit berubah menjadi gelap, awan menjadi hitam. Angin
semakin kencang, tapi aku dan dia tetap diam saling memandang satu sama lain.
Namun, sesuatu mengenai kepalaku dan ia pun menghilang.
“ Aaaaaauuuu…… kemana dia
pergi?”
“ Rena!!! Rena……..” suara
yang cukup keras tiba-tiba menyerangku
Tubuhku tergoncang, apakah
ini gempa ? oh tidaaaaakk…… pikirku.
“ Renaaaaa !!!!!” suara
itu kembali datang dengan lebih keras. Aku pun membuka mataku dan mulai
tersadar bahwa aku berada dalam masalah besar.
“ Enak tidurnya?” bentak
seorang wanita yang berkacamata tebal disertai lipstick merah yang lumayan tebal di bibirnya. Terlihat
sekali matanya melotot hampir melompat keluar.
Aku pun segera
membuka mataku dan mengusapnya beberapa kali. Kemudian ku dongkakkan
wajahku untuk menatap wanita itu.
Kulihat ekspresinya sangat menyeramkan dengan sebelah alisnya yang
meninggi disertai senyum simpul yang tak
kalah mengerikannya. Senyum itu segera menyengat mataku mengaktifkan
saraf-saraf otakku dan memberikan sinyal-sinyal bahwa bahaya besar tepat berada di depan mataku. Seketika
darahku berdesir hebat hingga meneguk air liur saja terasa sangat susah.
Matilah aku.
“ Ma…..madam…. Madam ” ucapku pelan
dan terbata.
“ kamu ini...
penghapus sebesar ini bahkan tidak
mempan membangunkanmu..” ucap Madam Laura.
“kamu.... “
beliau menarik nafas seraya menyentuh ujung kacamatanya yang sedikit turun dari
letaknya, kemudian kembali berbicara.
“ memang tidak
kapok-kapoknya “ lanjutnya
“ maaf...”
sahutku, hanya satu kata itu yang keluar dari mulutku, sebenarnya aku ingin
sedikit membela diriku, namun apalah daya tubuhku tertahan oleh sesuatu dan
lidahku kelu membuat otakku blank ,
semua kata-kata yang berada di ujung lidah menghambur entah kemana. Huaaaaaaaaaa.
“ seenaknya saja kamu tidur,
ini sekolah untuk belajar bukan untuk tidur. Cepat bangun, dan berdiri di pojok
papan tulis sampai bel berbunyi. Jangan lupa angkat salah satu kaki dan tangan
anda” kata Madam Laura dengan penuh penekanan dan emosi.
Aku menoleh
sebentar ke arah Nia, sahabatku sekaligus teman sebangkuku. Kulihat ekspresinya
yang merasa bersalah dan kasihan kepadaku. Kuedarkan pandanganku ke seluruh
penjuru kelas, seluruh pasang mata dengan berbagai ekspresi tepat tertuju
kepadaku. Tak ada suara, suasana sunyi senyap seperti berada di tengah-tengah
kuburan di siang bolong. Aku hanya bisa
menghela nafas panjang.
“ Tunggu apa
lagi kamu??? ” suara nyaring itu kembali sukses mengejutkanku.
“ Ba…baik Madam ” Rena pun berdiri dan pasrah untuk
menerima hukuman dari madam Laura.
Madam Laura adalah salah
satu guru di sekolah Rena, ia mengajar pelajaran matematika. Di mata murid-muridnya
ia dikenal sebagai guru yang sangat disiplin, hampir tak pernah ia absen
mengajar kalaupun ada pasti itu karena hal yang sangat sangat sangat penting,
barang ibarat satu detik pun ia tak akan ia melalaikan kewajibannya untuk
mengajar. Pantas saja anak-anak sangat takut dan tegang apabila mengikuti
kelasnya. Namun, itu merupakan pengecualian untuk seorang Rena. Meski telah
mengalami puluhan hukuman dari Madam Laura, tak menyurutkan semangatnya untuk
mengulangi untuk tertidur saat Madam
Laura belajar. Belum diketahui pasti apa motif mengapa Rena bersikap seperti
itu, sebenarnya Rena adalah anak yang baik, cerdas dan ceria. Namun,
kebiasaannya untuk tidur itu sangat tidak bisa diubah dan bisa dibilang sebagai
penyakit. Bahkan sudah mencoba berbagai terapi telah dilakukan tetap saja tidak
ada satu pun yang manjur.
Tidak terasa pelajaran
Madam Laura yakni matematika yang penuh rumus dan perhitungan telah berakhir. Dari samping papan tulis dapat
kulihat wajah murid-murid yang tadinya kaku dan serius dengan seketika kini
berubah menjadi santai dan ceria. Me
Dengan segera merapikan buku-buku mereka tak terkecuali Nia, sahabatku.
“ baiklah
anak-anak, bel telah berbunyi. Silahkan
untuk istirahat. Terimakasih atas perhatian kalian. Selamat siang dan sampai
jumpa “ kata Madam Laura seraya membenarkan letak kacamatanya kemudian berjalan
ke luar kelas.
“ Siang
...Bu.... “ kata anak-anak serentak .
“ Lo gak kapok dihukum mulu
sama Madam Laura, Ren? “ Tanya Nia sembari berjalan ke arahku. Aku menurunkan
tangan dan kakiku yang sudah terasa sangat pegal dan kaku setelah satu jam
berdiri sambil mengangkat satu tangan dan kakiku. Kemudian kugerakkan beberapa
kali untuk meregangkan otot-ototku yang hampir membeku.
“ Em,,, mau gimana lagi,
gue udah gak bisa berbuat apa-apa. Lo tau kan berbagai macam terapi udah gue
coba, tapi,,, gak ada yang berhasil. Gue bahkan selalu tidur tepat dan cukup
waktu. Gue juga gak pengin tidur mulu. Gue berharap semoga akan ada keajaiban
yang datang” desah Rena.
“ Hmmm… semoga keajaiban
akan menghampiri lo.. ” ucap Nia.
“ Tapi gue gak nyesel
ketiduran lagi hari ini”
“Emang kenapa?” Tanya Nia
“ Lo tau gak? Gue mimpi
ketemu cowok guanteeeeeng banget”
“ Dasar lo… ngaco aja…. Kalo
urusan kayak gitu lo demennya.”
“ hheehehehehehhe... lo tau aja” Rena tertawa girang sambil menyikut
tangan Nia pelan.
“ yaelah.... ya
udah daripada lo makin ngaco mending kita ke kantin makan bakso Mpok Min,
cacing-cacing di perut gue udah pada konser besar minta makan.. haha” celetuk
Nia seraya merangkul Rena.
“ ehem.... okah
lah cacing di perut gue juga nih, mereka pada dance kayak boyband-boyband
sambil ninju-ninju perut gue, tapi... lo yang traktir ya...ya...ya...!!!” kata
Rena sembari memasang muka memelas.
“mau gak ya???”
sahut Nia
“mau aja deh
ya!” mohon Rena dengan mempersembahkan puppy eyes plus senyum manis, termanis
malahan menurutnya.
“eum... karena
lo hari ini mengalami sedikit kesialan,
baiklah gue akan memberi sedikit keberuntungan buat sedikit ngehibur lo” kata
Nia
“ yah gak papa
lah... ayo capcus” sahut Rena.
Dengan semangat
perjuangan 45 Rena menarik Nia ke kantin.
***
2 komentar:
akhirnya dilengkapinya jua... siap baca yaw...
hehe... tunggulah lanjutannya... thank's dah baca hehe
Posting Komentar