Kamis, 22 November 2012

PRINCE CHARMING IS MY BROTHER : DAYDREAMING PART 1


Sebelumnya aku udah pernah ngepost cerita ini, namun terlalu singkat dan gak selesai. Yah maklum, ini adalah proyek bahari kala yang tlah tertunda karena saat itu aku kehilangan fokus dan inspirasi nie cerita, trus lupa nyimpan file nya kemana. Tapii, beberapa hari yang lau aku nemu nie file... langsung deh ku upload seadanya. Rencananya sih aku mo lanjutin nanti-nati ajah daaaaaan penginnya jadiin Fanfiction , but still aku masih belum dapet feel siapa cast yang cocok buat jadi pemeran dalam proyek inih... but my friends dah baca nie cerita n suka (#somplak-seneng-banget) awalnya katanya mereka dapet feel ketika baca nie cerita *cieelah ... but sedikit kecewa karena belum selesai dan ceritanya gantung. Yah anggap yg kemarin adalah trailer-nya ya..ya..ya!!!! *pisss

Atas kritik n saran mereka semangatku muncul buat nglanjutin nie cerita dengan permak dan operasi di sana sini....

Okeh deh langsung aja yah.... baca 

Tapi sebelumnya mohon maaf *membungkuk-90-derajat  kalo ada salah dan khilaf dalam setiap kata-kata yang tertulis di sana itu semata-mata kesalahan aku yang masih sangat amtir dalam dunia karang mengarang ini.

Buat yang sudah ngebaca nie cerita aku ngucapin terima kasih sedalam-dalamnya. Daaaan mohooooooooooon beribu mohon kalo bisa kasih kritik dan saran untuk membangun ke arah yang lebih baik demi kemaslahatan bersama *huaa.... bahasanya....
Ih daripada aku banyak bacot gak jelas banget langsung cekidot.......

HAPPY READING......... DON’T FORGET TO GIVE ME COMMENT AND CRITIC... I NEED YOUR RESPOND FRIEND.....

OKAH...OKAH...OKAH...



PRINCE CHARMING IS MY BROTHER
BY NUR PERMATA SARI

GENRE : ROMANCE, FAMILY, FRIENDSHIP
Cast : Araena Pratama “Rena”
           Radit Prasetya “Radit”
           Nia Prayogo “Nia”
           Heni Wijaya “Mama Rena”
           Heri Sudiro “Om Heri”
           Dimas Prayogo “ Papa Nia”
           Leiza Prayogo “Mama Nia”

Langit begitu cerah, angin semilir berlalu menabrak helai-helai rambut yang terurai panjang. Bunga-bunga menari di sekelilingku. Aku duduk termenung di tengah-tengah rumput yang bergoyang. Seberkas cahaya datang di balik pohon yang rindang. Kulihat sosok yang berwarna putih dan tinggi perlahan mendekat ke arahku. Aku seperti tersihir, jantungku berdebar kencang secepat kuda yang berlari di arena balap. Semakin kupandang semakin dekat semakin jelas, aku pun terpana.
“ Siapakah dia? Apakah dia pangeran ataukah ….. ” desahku pelan.
Dia semakin mendekat sembari menyungingkan senyuman, senyuman yang sangat manis. Akhirnya ia benar-benar berada tepat di hadapanku. Aku semakin menyadari ia benar-benar tampan. Bola mataku melebar ketika wajahnya semakin mendekat ke arah wajahku. Sekejap pipiku terasa panas, darahku berdesir dengan hebatnya. Akupun segera menutup kedua mataku seraya mencondongkan mukaku ke arahnya hingga wajah kami semakin mendekat, hingga kurasakan tubuhku tergoncang. Aku segera membuka mata. Tiba-tiba langit berubah menjadi gelap, awan menjadi hitam. Angin semakin kencang, tapi aku dan dia tetap diam saling memandang satu sama lain. Namun, sesuatu mengenai kepalaku dan ia pun menghilang.
“ Aaaaaauuuu…… kemana dia pergi?”
“ Rena!!! Rena……..” suara yang cukup keras tiba-tiba menyerangku
Tubuhku tergoncang, apakah ini gempa ? oh tidaaaaakk…… pikirku.
“ Renaaaaa !!!!!” suara itu kembali datang dengan lebih keras. Aku pun membuka mataku dan mulai tersadar bahwa aku berada dalam masalah besar.
“ Enak tidurnya?” bentak seorang wanita yang berkacamata tebal disertai lipstick merah  yang lumayan tebal di bibirnya. Terlihat sekali matanya melotot hampir melompat keluar.
Aku pun segera membuka mataku dan mengusapnya beberapa kali. Kemudian ku dongkakkan wajahku  untuk menatap wanita itu. Kulihat ekspresinya sangat menyeramkan dengan sebelah alisnya yang meninggi  disertai senyum simpul yang tak kalah mengerikannya. Senyum itu segera menyengat mataku mengaktifkan saraf-saraf otakku dan memberikan sinyal-sinyal bahwa bahaya besar  tepat berada di depan mataku. Seketika darahku berdesir hebat hingga meneguk air liur saja terasa sangat susah. Matilah aku.
“ Ma…..madam…. Madam ” ucapku pelan dan terbata.
kamu ini... penghapus sebesar  ini bahkan tidak mempan membangunkanmu..” ucap Madam Laura.
“kamu.... “ beliau menarik nafas seraya menyentuh ujung kacamatanya yang sedikit turun dari letaknya, kemudian kembali berbicara.
“ memang tidak kapok-kapoknya “ lanjutnya
“ maaf...” sahutku, hanya satu kata itu yang keluar dari mulutku, sebenarnya aku ingin sedikit membela diriku, namun apalah daya tubuhku tertahan oleh sesuatu dan lidahku kelu membuat otakku blank , semua kata-kata yang berada di ujung lidah menghambur entah kemana. Huaaaaaaaaaa.
“ seenaknya saja kamu tidur, ini sekolah untuk belajar bukan untuk tidur. Cepat bangun, dan berdiri di pojok papan tulis sampai bel berbunyi. Jangan lupa angkat salah satu kaki dan tangan anda” kata Madam Laura dengan penuh penekanan dan emosi.
Aku menoleh sebentar ke arah Nia, sahabatku sekaligus teman sebangkuku. Kulihat ekspresinya yang merasa bersalah dan kasihan kepadaku. Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kelas, seluruh pasang mata dengan berbagai ekspresi tepat tertuju kepadaku. Tak ada suara, suasana sunyi senyap seperti berada di tengah-tengah kuburan di siang bolong.  Aku hanya bisa menghela nafas panjang.
“ Tunggu apa lagi kamu??? ” suara nyaring itu kembali sukses mengejutkanku.
  “ Ba…baik Madam ” Rena pun berdiri dan pasrah untuk menerima hukuman dari madam Laura.
Madam Laura adalah salah satu guru di sekolah Rena, ia mengajar pelajaran matematika. Di mata murid-muridnya ia dikenal sebagai guru yang sangat disiplin, hampir tak pernah ia absen mengajar kalaupun ada pasti itu karena hal yang sangat sangat sangat penting, barang ibarat satu detik pun ia tak akan ia melalaikan kewajibannya untuk mengajar. Pantas saja anak-anak sangat takut dan tegang apabila mengikuti kelasnya. Namun, itu merupakan pengecualian untuk seorang Rena. Meski telah mengalami puluhan hukuman dari Madam Laura, tak menyurutkan semangatnya untuk mengulangi untuk tertidur  saat Madam Laura belajar. Belum diketahui pasti apa motif mengapa Rena bersikap seperti itu, sebenarnya Rena adalah anak yang baik, cerdas dan ceria. Namun, kebiasaannya untuk tidur itu sangat tidak bisa diubah dan bisa dibilang sebagai penyakit. Bahkan sudah mencoba berbagai terapi telah dilakukan tetap saja tidak ada satu pun yang manjur.
Tidak terasa pelajaran Madam Laura yakni matematika yang penuh rumus dan perhitungan  telah berakhir. Dari samping papan tulis dapat kulihat wajah murid-murid yang tadinya kaku dan serius dengan seketika kini berubah menjadi  santai dan ceria. Me Dengan segera merapikan buku-buku mereka tak terkecuali Nia, sahabatku.
“ baiklah anak-anak, bel  telah berbunyi. Silahkan untuk istirahat. Terimakasih atas perhatian kalian. Selamat siang dan sampai jumpa “ kata Madam Laura seraya membenarkan letak kacamatanya kemudian berjalan ke luar kelas.
“ Siang ...Bu.... “ kata anak-anak serentak .
 “ Lo gak kapok dihukum mulu sama Madam Laura, Ren? “ Tanya Nia sembari berjalan ke arahku. Aku menurunkan tangan dan kakiku yang sudah terasa sangat pegal dan kaku setelah satu jam berdiri sambil mengangkat satu tangan dan kakiku. Kemudian kugerakkan beberapa kali untuk meregangkan otot-ototku yang hampir membeku.
“ Em,,, mau gimana lagi, gue udah gak bisa berbuat apa-apa. Lo tau kan berbagai macam terapi udah gue coba, tapi,,, gak ada yang berhasil. Gue bahkan selalu tidur tepat dan cukup waktu. Gue juga gak pengin tidur mulu. Gue berharap semoga akan ada keajaiban yang datang” desah Rena.
“ Hmmm… semoga keajaiban akan menghampiri lo.. ” ucap Nia.
“ Tapi gue gak nyesel ketiduran lagi hari ini”
“Emang kenapa?” Tanya Nia
“ Lo tau gak? Gue mimpi ketemu cowok guanteeeeeng banget”
“ Dasar lo… ngaco aja…. Kalo urusan kayak gitu lo demennya.”
“ hheehehehehehhe... lo tau aja” Rena tertawa girang sambil menyikut tangan Nia pelan.
“ yaelah.... ya udah daripada lo makin ngaco mending kita ke kantin makan bakso Mpok Min, cacing-cacing di perut gue udah pada konser besar minta makan.. haha” celetuk Nia seraya merangkul Rena.
“ ehem.... okah lah cacing di perut gue juga nih, mereka pada dance kayak boyband-boyband sambil ninju-ninju perut gue, tapi... lo yang traktir ya...ya...ya...!!!” kata Rena sembari memasang muka memelas.
“mau gak ya???” sahut Nia
“mau aja deh ya!” mohon Rena dengan mempersembahkan puppy eyes plus senyum manis, termanis malahan menurutnya.
“eum... karena lo hari ini mengalami sedikit  kesialan, baiklah gue akan memberi sedikit keberuntungan buat sedikit ngehibur lo” kata Nia
“ yah gak papa lah... ayo capcus”  sahut Rena.
Dengan semangat perjuangan 45 Rena menarik Nia ke kantin.
                                                                      ***

2 komentar:

isna wati mengatakan...

akhirnya dilengkapinya jua... siap baca yaw...

Unknown mengatakan...

hehe... tunggulah lanjutannya... thank's dah baca hehe