Kamis, 22 November 2012

PRINCE CHARMING IS MY BROTHER : DAYDREAMING PART 2


Pukul 14.15
Teeeeng.......Teeeeeng......Teeeeeng...... bel panjang tanda pelajaran berakhir membahana di seluruh penjuru kelas, dengan sigap para siswa-siswi yang tadinya duduk lemas mendengar setelah Pak Badrun berkomat-kamit menjelaskan tentang orde baru zaman pemerintahan Presiden Soeharto langsung berdiri dan masing-masingnya bergegas untuk pulang.
Rena dan Nia berjalan berdampingan menuju gerbang sekolah, sambil mengobrol dan sesekali tertawa. Tak lama kemudian sebuah mobil hitam bersih serta kinclong berhenti tepat di depan gerbang. Seorang laki-laki paruh baya keluar dari mobil dan menghampiri Nia.
“ Non, silahkan.....” kata Mang Ujang sopir pribadi Nia, sembari membuka pintu mobil belakang.
 “ oh.. iya” sahut Nia berjalan menuju pintu mobil yang sedari tadi telah terbuka.
“ lo mau gue anter Ren??? Motor lo masih di bengkel kan?? ” tanya Nia ketika sampai tepat di depan pintu mobil, yang kemudian berbalik dan menatapku.
“nggak ah.. gue bisa pulang naik bus kok... tenang aja. Rumah lo sama rumah gue kan berlawan arah dan cukup jauh jaraknya. Kalo lo nganter gue bisa muter dan itu bakal boros bensin, lo tau kan sekarang bahan bakar mulai langka, maka dari itu kita harus hemat nona ” jawabku mantap. Yah Nia memang orang yang sangat baik, sangat banget baik malahan, aku bersyukur dan amat sangat bersyukur bisa bertemu dan menjadi sahabat seorang Nia Prayogo.
“oh...” sahut Nia
“eum.. yaudah deh, gue cabut duluan ya... bye dan lo hati-hati!” seru Nia seraya menutup pintu mobil yang kemudian segera melaju meninggalkan Rena.
 Rena pun tersenyum melihat kepergian sahabatnya.
“bye... lo juga hati-hati” teriak Rena.
Siapa sih yang nggak kenal sama Nia Prayogo. Hampir setiap koran dan stasiun televisi meberitakan tentang dirinya, calon pewaris S.WG Group, perusahaan properti terbesar di Indonesia dan keempat terbesar di Asia. Nia Prayogo merupakan anak tunggal dari Dimas Prayogo sang Presiden Direktur S.WG Group dan Leiza Prayogo mantan Miss Indonesia 1993 yang kini mengelola perusahaan kosmetik D’Rose yang kini sangat terkenal seantro Asia Tenggara . Ia cantik, putih dan anggun serta pintar *yah meski pun ia adalah orang kedua terpintar dariku setelah diriku tentunya #plakk-narsis-banget* yang ia warisi dari ibunya yang berdarah blasteran Belanda-Indonesia, sedangkan  tubuhnya yang tinggi semampai ia warisi dari ayahnya yang asli orang Yogyakarta. Nia adalah sosok sempurna bagi semua orang, semua lelaki akan silau dengan hanya melihat senyum manisnya. Daaaan meski aku bukan seorang lelaki aku juga tak bisa memungkiri ia memang benar-benar sempurna. Benar-benar beruntung.

Setelah berpamitan dengan Nia, aku segera berjalan keluar gerbang sekolah menuju halte bus.
Setelah berpamitan dengan Nia, aku segera berjalan keluar gerbang sekolah menuju halte bus.
“fiuuuuuhhh.....hari yang melelahkan” keluhku. Aku duduk manis di bangku halte yang berada tidak jauh dari sekolah kami , sambil menyandarkan tubuhku ke sandaran bangku, menuggu bus tiba.
Siang itu mentari terlihat cerah, namun perlahan langit mendung. Titik-titik kecil air hujan menerpa jalanan  yang lumayan lengang. Hanya beberapa mobil dan motor yang terlihat masih melaju. Rena masih setia duduk menunggu. Semakin lama titik hujan semakin besar dan lebat, langit pun semakin gelap.
“ waaah hujan ” kata Rena pelan.
Rena sangat menyukai hujan, menurutnya hujan adalah anugerah, setiap hujan turun ia merasa kesejukan merasuk ke sekujur tubuhnya menenangkan batinnya, mendinginkan emosinya. Entahlah Rena juga tak tau mengapa ia sangat menyukai hujan.  Setiap kali hujan ia pasti akan segera keluar rumah untuk menyentuh butiran halus itu yang perlahan jatuh merembes di antara jai-jari tangannya. Perlahan Rena berdiri dari bangku halte dan berjalan maju beberapa langkah sambil merentangkan kedua tangannya ke depan untuk mngumpulkan tetesan-tetesan air hujan di telapak tangannya, menengadahkan mukanya ke atas untuk memandang langit. Perlahan ia menutup kedua matanya, menghembuskan nafasnya dengan teratur. Sedikit demi sedikit bayangan memori itu kembali hadir dalam ingatannya. Ia teringat kembali akan mimpinya tadi, mimpi seorang lelaki asing yang tak sekalipun pernah ia temui tiba-tiba muncul di mimpinya, walau hanya bertemu di alam mimpi, tapi ia yakin sosok itu nyata, lelaki itu ada begitu mempesona di matanya.
“ hemmmh.....” desah Rena pelan
“ siapa sebenarnya laki-laki itu? Mengapa tiba-tiba ia hadir di mimpiku??? Mungkinkah....... hah bodoh mana mungkin... aaaah tidak....tidak....tidak... jangan berfikiran terlalu jauh Ren” kata Rena kepada dirinya sendiri sambil beberapa kali menggeleng-g.elngkan kepalanya sendiri.
Sepersekian detik kemudian hujan tiba-tiba berhenti, langit hitam kini berganti langit biru yang terang, cahaya matahari menembus celah-celah awan putih dan pohon dan dedaunan basah di pinggir jalan. Jalanan yang beraspal hitam itu kini menjadi basah kuyup, dan di beberapa tempat terdapat genangan air. Menyadari hujan tlah berhenti. Rena membuka matanya dan menundukkan kepalanya, tepat di depannya terdapat genangan air hujan yang bening yang cukup besar sehingga barang tentu ia dapat melihat pantulan dirinya di balik genangan.ia melihat pantulan wajahnya yang oval dengan kulit putih langsat, hidungnya yang mancung,  rambutnya yang lurus dan panjang sebahu tergerai dan sedikit basah di bagian ujungnya karena terkena air hujan . Ia sesekali menggerak-gerakkan kepalanya ke kiri ke kanan, lalu menggembungkan pipinya yang chubby, memelototkan matanya yang agak besar sehingga terlihat semakin besar.  Melihat itu ia tersenyum sendiri.
Sedang Rena masih asyik mematut wajahnya di balik air, dari arah berlawanan seseorang dengan pakaian kulit serba hitam dengan helm dengan warna senada mengendarai motor Yamaha Supersports berwarna biru malam melaju kencang melintas di depan Rena, menabrak genangan air, sehingga air naik bagai ombak lalu kemudian dengan sigap menghantam sekitarnya termasuk Rena. Air itu menghantam seluruh bagian depan tubuh Rena tiada tersisa. kini ia pun basah kuyup.
“ yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....... heiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii......” teriak Rena keras dan  lantang. sambil tangannya terangkat menunjuk pengendara itu.
Pengendara itu memperlambat motornya dan membuka kaca helmnya menoleh sebentar ke arah Rena, meskipun hanya sekilas Rena dapat melihat dengan jelas bahwa orang itu memiliki sepasang mata coklat yang tajam. sebelum kemudian ia kembali mempercepat laju motornya tanpa menghiraukan Rena yang masih menggong-gong layak anjing yang menyalak ketika ada seseorang yang tidak di kenal ingin memasuki rumah majikannya.
" hhheeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeei....... jangan pergi lo!" teriak Rena.
" kurang ajar... awas saja kalau nanti kita bertemu.... MATI KAU "
" dasar gak punya mata, huh....."
Rena tengah asyik dengan gerutuannya hingga bus datang. Rena menoleh ke arah bus dan melambaikan tangannya hingga bus itu berhenti. Rena pun masuk ke dalamnya membawa sisa-sisa emosi yang kini sudah mereda.
"hoaaaaaah.... kenapa hari ini  apes banget sih gue... ckckck" kata Rena sembari duduk dan menyanderkan tubuhnya di bangku bus paling belakang dan matanya memandang jalanan di balik kaca bus. tak beberapa lama bus kembali melaju membawa Rena menuju rumahnya tercinta.
                                                                  ***

Tidak ada komentar: