Pukul
14.15
Teeeeng.......Teeeeeng......Teeeeeng......
bel panjang tanda pelajaran berakhir membahana di seluruh penjuru kelas, dengan
sigap para siswa-siswi yang tadinya duduk lemas mendengar setelah Pak Badrun berkomat-kamit
menjelaskan tentang orde baru zaman pemerintahan Presiden Soeharto langsung
berdiri dan masing-masingnya bergegas untuk pulang.
Rena
dan Nia berjalan berdampingan menuju gerbang sekolah, sambil mengobrol dan
sesekali tertawa. Tak lama kemudian sebuah mobil hitam bersih serta kinclong
berhenti tepat di depan gerbang. Seorang laki-laki paruh baya keluar dari mobil
dan menghampiri Nia.
“
Non, silahkan.....” kata Mang Ujang sopir pribadi Nia, sembari membuka pintu
mobil belakang.
“
oh.. iya” sahut Nia berjalan menuju pintu mobil yang sedari tadi telah terbuka.
“
lo mau gue anter Ren??? Motor lo masih di bengkel kan?? ” tanya Nia ketika
sampai tepat di depan pintu mobil, yang kemudian berbalik dan menatapku.
“nggak
ah.. gue bisa pulang naik bus kok... tenang aja. Rumah lo sama rumah gue kan
berlawan arah dan cukup jauh jaraknya. Kalo lo nganter gue bisa muter dan itu
bakal boros bensin, lo tau kan sekarang bahan bakar mulai langka, maka dari itu
kita harus hemat nona ” jawabku mantap. Yah Nia memang orang yang sangat baik,
sangat banget baik malahan, aku bersyukur dan amat sangat bersyukur bisa
bertemu dan menjadi sahabat seorang Nia Prayogo.
“oh...”
sahut Nia
“eum..
yaudah deh, gue cabut duluan ya... bye dan lo hati-hati!” seru Nia seraya
menutup pintu mobil yang kemudian segera melaju meninggalkan Rena.
Rena
pun tersenyum melihat kepergian sahabatnya.
“bye...
lo juga hati-hati” teriak Rena.
Siapa
sih yang nggak kenal sama Nia Prayogo. Hampir setiap koran dan stasiun televisi
meberitakan tentang dirinya, calon pewaris S.WG Group, perusahaan properti
terbesar di Indonesia dan keempat terbesar di Asia. Nia Prayogo merupakan anak
tunggal dari Dimas Prayogo sang Presiden Direktur S.WG Group dan Leiza Prayogo
mantan Miss Indonesia 1993 yang kini mengelola perusahaan kosmetik D’Rose yang
kini sangat terkenal seantro Asia Tenggara . Ia cantik, putih dan anggun serta
pintar *yah meski pun ia adalah orang kedua terpintar dariku setelah diriku
tentunya #plakk-narsis-banget* yang ia warisi dari ibunya yang berdarah
blasteran Belanda-Indonesia, sedangkan tubuhnya yang tinggi semampai ia
warisi dari ayahnya yang asli orang Yogyakarta. Nia adalah sosok sempurna bagi
semua orang, semua lelaki akan silau dengan hanya melihat senyum manisnya.
Daaaan meski aku bukan seorang lelaki aku juga tak bisa memungkiri ia memang
benar-benar sempurna. Benar-benar beruntung.
Setelah
berpamitan dengan Nia, aku segera berjalan keluar gerbang sekolah menuju halte
bus.
Setelah
berpamitan dengan Nia, aku segera berjalan keluar gerbang sekolah menuju halte
bus.
“fiuuuuuhhh.....hari
yang melelahkan” keluhku. Aku duduk manis di bangku halte yang berada tidak
jauh dari sekolah kami , sambil menyandarkan tubuhku ke sandaran bangku,
menuggu bus tiba.
Siang
itu mentari terlihat cerah, namun perlahan langit mendung. Titik-titik kecil
air hujan menerpa jalanan yang lumayan lengang. Hanya beberapa mobil dan
motor yang terlihat masih melaju. Rena masih setia duduk menunggu. Semakin lama
titik hujan semakin besar dan lebat, langit pun semakin gelap.
“
waaah hujan ” kata Rena pelan.
Rena
sangat menyukai hujan, menurutnya hujan adalah anugerah, setiap hujan turun ia
merasa kesejukan merasuk ke sekujur tubuhnya menenangkan batinnya, mendinginkan
emosinya. Entahlah Rena juga tak tau mengapa ia sangat menyukai hujan.
Setiap kali hujan ia pasti akan segera keluar rumah untuk menyentuh
butiran halus itu yang perlahan jatuh merembes di antara jai-jari tangannya.
Perlahan Rena berdiri dari bangku halte dan berjalan maju beberapa langkah
sambil merentangkan kedua tangannya ke depan untuk mngumpulkan tetesan-tetesan
air hujan di telapak tangannya, menengadahkan mukanya ke atas untuk memandang
langit. Perlahan ia menutup kedua matanya, menghembuskan nafasnya dengan
teratur. Sedikit demi sedikit bayangan memori itu kembali hadir dalam
ingatannya. Ia teringat kembali akan mimpinya tadi, mimpi seorang lelaki asing
yang tak sekalipun pernah ia temui tiba-tiba muncul di mimpinya, walau hanya
bertemu di alam mimpi, tapi ia yakin sosok itu nyata, lelaki itu ada begitu
mempesona di matanya.
“
hemmmh.....” desah Rena pelan
“
siapa sebenarnya laki-laki itu? Mengapa tiba-tiba ia hadir di mimpiku???
Mungkinkah....... hah bodoh mana mungkin... aaaah tidak....tidak....tidak...
jangan berfikiran terlalu jauh Ren” kata Rena kepada dirinya sendiri sambil
beberapa kali menggeleng-g.elngkan kepalanya sendiri.
Sepersekian
detik kemudian hujan tiba-tiba berhenti, langit hitam kini berganti langit biru
yang terang, cahaya matahari menembus celah-celah awan putih dan pohon dan dedaunan
basah di pinggir jalan. Jalanan yang beraspal hitam itu kini menjadi basah
kuyup, dan di beberapa tempat terdapat genangan air. Menyadari hujan tlah
berhenti. Rena membuka matanya dan menundukkan kepalanya, tepat di depannya
terdapat genangan air hujan yang bening yang cukup besar sehingga barang tentu
ia dapat melihat pantulan dirinya di balik genangan.ia melihat pantulan
wajahnya yang oval dengan kulit putih langsat, hidungnya yang mancung,
rambutnya yang lurus dan panjang sebahu tergerai dan sedikit basah di bagian
ujungnya karena terkena air hujan . Ia sesekali menggerak-gerakkan kepalanya ke
kiri ke kanan, lalu menggembungkan pipinya yang chubby, memelototkan matanya
yang agak besar sehingga terlihat semakin besar. Melihat itu ia tersenyum
sendiri.
Sedang
Rena masih asyik mematut wajahnya di balik air, dari arah berlawanan seseorang
dengan pakaian kulit serba hitam dengan helm dengan warna senada mengendarai
motor Yamaha Supersports berwarna biru malam melaju kencang melintas di depan
Rena, menabrak genangan air, sehingga air naik bagai ombak lalu kemudian dengan
sigap menghantam sekitarnya termasuk Rena. Air itu menghantam seluruh bagian
depan tubuh Rena tiada tersisa. kini ia pun basah kuyup.
“
yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....... heiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii......”
teriak Rena keras dan lantang. sambil tangannya terangkat menunjuk
pengendara itu.
Pengendara
itu memperlambat motornya dan membuka kaca helmnya menoleh sebentar ke arah
Rena, meskipun hanya sekilas Rena dapat melihat dengan jelas bahwa orang itu
memiliki sepasang mata coklat yang tajam. sebelum kemudian ia kembali
mempercepat laju motornya tanpa menghiraukan Rena yang masih menggong-gong
layak anjing yang menyalak ketika ada seseorang yang tidak di kenal ingin
memasuki rumah majikannya.
"
hhheeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeei....... jangan pergi lo!" teriak
Rena.
"
kurang ajar... awas saja kalau nanti kita bertemu.... MATI KAU "
"
dasar gak punya mata, huh....."
Rena
tengah asyik dengan gerutuannya hingga bus datang. Rena menoleh ke arah bus dan
melambaikan tangannya hingga bus itu berhenti. Rena pun masuk ke dalamnya
membawa sisa-sisa emosi yang kini sudah mereda.
"hoaaaaaah....
kenapa hari ini apes banget sih gue... ckckck" kata Rena sembari
duduk dan menyanderkan tubuhnya di bangku bus paling belakang dan matanya
memandang jalanan di balik kaca bus. tak beberapa lama bus kembali melaju
membawa Rena menuju rumahnya tercinta.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar